Ratusan wisatawan mancanegara keluar dari hotel berbintang Pantai Kuta, berjemur di pasir putih yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempatnya menginap, menjadi pemandangan keseharian pada objek wisata andalan Pulau Dewata.
Angin laut yang cukup kencang menerpa tubuh-tubuh berkilap yang berbaring santai beralaskan selembar tikar di pasir putih di bawah teriknya sinar mantahari. Deburan ombak bergelombang dahsyat kadang kala tidak menghambat mereka untuk berenang.
Justru di tengah gulungan ombak yang dahsyat itulah mereka yang menyenangi bermain papan selancar, khususnya wisatawan Australia, menikmati "surganya", meskipun risikonya sangat tinggi.
Kuta adalah ikon bisnis pelancongan Pulau Dewata, sehingga ada ungkapan kalau pelesiran ke Pulau Seribu Pura itu belum menginjakkan kaki ke Kuta, maka belum ke Bali.
Dengan demikian wisatawan mancanegara maupun masyarakat dari berbagai daerah di Nusantara, termasuk masyarakat lokal Bali senantiasa menjadikan Kuta sebagai arena bermain, berwisata, berdagang, menawarkan jasa atau sekedar bersantai.
Bali menerima kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 3,76 juta orang selama 2014, meningkat 14,89 persen dibanding tahun sebelumnya tercatat 3,27 juta orang.
Untuk tiga bulan periode Januari-Maret 2015 tercatat 946.011 orang, naik 13,75 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 831.625 orang.
Sebagian besar mereka itu akan menyempatkan dirinya mengunjungi Pantai Kuta, walaupun tidak tertutup kemungkinan hanya sekadar lewat, akibat arus lalu lintas di lokasi itu sering macet.
Atas dasar itulah jajaran Komando Daerah Militer IX/Udayana menggelar karya bakti dengan membersihkan Pantai Kuta dan sekitarnya agar tetap bersih dari sampah dan tampak indah dan lestari.
"Pantai Kuta merupakan salah satu dari sejumlah Pantai di Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang menjadi sasaran gerakan kebersihan dalam memperingati HUT ke-58 Kodam IX Udayana yang puncaknya jatuh 27 Mei," tutur Panglima Kodam IX/Udayana Mayor Jenderal TNI Torry Djohar Banguntoro.
Gerakan kebersihan di daerah tujuan wisata Pulau Bali dilaksanakan secara serentak Sabtu (9/5) pada 55 titik pantai sepanjang 78 kilometer melibatkan sekitar 32.632 orang personel TNI dari total 94.948 personel di tiga provinsi wilayah Kodam IX Udayana.
Selain jajaran TNI, sejumlah instansi terkait dan masyarakat juga ikut ambil bagian antara lain personel Polda Bali, komponen pariwisata, Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista), pelajar dan organisasi kemasyarakatan.
Gerakan kebersihan juga dilakukan di pantai-pantai di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, baik lokasi itu berkembang sebagai objek wisata maupun belum yang keseluruhannya menjangkau sepanjang 202 kilometer.
Bantu Pemkab
Mayor Jenderal TNI Torry Djohar Banguntoro menjelaskan gerakan kebersihan pantai yang melibatkan ribuan personel untuk membantu pemerintah daerah dan masyarakat dalam meningkatkan interaksi, kontribusi, serta kebersamaan antara masyarakat, pemerintah dan TNI-Polri untuk kemanunggalan TNI, masyarakat serta instansi terkait.
Gerakan kebersihan di Bali, selain Pantai Kuta juga menyasar Pantai Biaung, Desa Kertalangu dan Pantai Sanur, keduanya berada di Denpasar serta di sejumlah pantai yang berada di bawah jajaran Komando Regional Militer 163/Wirasatya.
Masing-masing personel TNI dengan membawa sapu dan kantong plastik memungut sampah, terutama sampah plastik di bibir pantai berpasir putih.
Gerakan kebersihan yang melibatkan ribuan anggota TNI, Polri dan berbagai elemen masyarakat itu menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang saat itu tengah beraktivitas di sekitar kawasan pantai.
Tak lama kemudian pelancong ikut berbaur dengan aparat TNI membersihkan bibir pantai dari sampah.
Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali selama ini menjadi tujuan favorit wisatawan domestik dan mancanegara, sekaligus sebagai tempat pelaksanaan ritual keagaamaan bagi masyarakat Hindu kebersihannya perlu dijaga.
Oleh sebab itu, berbagai pihak mempunyai kepedulian untuk menjaga kebersihan dan kelestarian Pantai Kuta, termasuk mengembalikan sebagai habitat penyu yang dilakukan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan membantu penetasan, pemeliharaan tukik (anak penyu) hingga besar yang memenuhi syarat untuk dilepas ke perairan bebas.
Selain LSM juga sejumlah perusahaan swasta berperanserta dalam pengembangan dan pelestarian penyu di Pantai Kuta dan sekitarnya yang telah melepas ribuan tukik selama lima tahun terakhir.
Upaya pengembalian Pantai Kuta dan sekitarnya sebagai habitat penyu diharapkan mampu meningkatkan citra pantai berpasir putih yang selama ini menjadi tempat wisatawan mancanegara menjemur diri sambil menikmati deburan ombak.
Selain mengembalikan Pantai Kuta sebagai habitat penyu, juga menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan objek wisata andalan di Pulau Dewata itu.
Hampir semua pihak mempunyai kepedulian yang tinggi untuk memelihara kebersihan dan meningkatkan populasi penyu yang kini sudah berada diambang kepunahan.
Wisatawan mancanegara yang sedang bersantai di tempat itu sering kali ikut ambil bagian dalam melepas ribuan tukik yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Demikian pula sejumlah hotel berbintang mempunyai kepedulian yang sama, termasuk melepas tukik di kawasan Tanjung Benoa, Nusa Dua maupun pesisir utara dan barat Pulau Dewata.
Masyarakat dan nelayan di Bali juga ikut mendukung aksi sosial tersebut, sekaligus diimbangi dengan kesadaran untuk tidak menangkap penyu, binatang langka yang dilindungi Undang-Undang.
"Si lambat" warna tumbuhnya agak hijau ini, statusnya dilindungi UU RI Nomor 5 Tahun 1990 dan PP RI Nomor 7 Tahun 1999, secara internasional status CITES yaitu Appendix I sejak tahun 2001. Jenis ancaman binatang purba adalah perburuan, perdagangan, degradasi dan kehilangan habitat.
Satwa yang memiliki jelajah migrasi "tanpa batas" ini, hidup di seluruh perairan Indonesia dan Papua Nugini serta seluruh daerah tropis dan sub tropis di dunia.
Oleh sebab itu, Bali sebagai daerah tujuan wisata sejak sepuluh tahun terakhir secara berkesinambungan melepas tukik ke perairan bebas, sebagai salah satu bentuk kepedulian.
Bahkan, sejumlah nelayan yang terhimpun dalam Kelompok Pelestarian Penyu (KPP) Kurma Asih Perancak, Kabupaten Jembrana, menekuni aktivitas penetasan penyu.
Anak penyu hasil penetasan non-alamiah itu, setelah dirawat intensif selama enam bulan, kemudian dilepas ke habitatnya di lautan biru kawasan Perancak, Kabupaten Jembrana, daerah ujung barat Pulau Dewata.
Upaya penetasan telur dari salah satu jenis binatang purba, sudah digeluti sejak awal 1997, di balik isu adanya pembantaian penyu di Bali maupun di beberapa daerah lain di Nusantara.
Kesadaran nelayan yang mulai tumbuh terhadap kondisi populasi penyu yang berada diambang kepunahan itu, kini lebih dipacu lagi oleh Badan Suaka Alam dan Margasatwa Dunia (WWF) bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali. (WDY)