Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali meminta para pengusaha dari Republik Rakyat Tiongkok untuk membantu investasi pembangunan berbagai infrastruktur di Pulau Dewata sebagai bagian dari upaya pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
"Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali, sangat penting penyediaan infrastruktur yang memadai seperti fasilitas jalan, listrik, air dan sebagainya yang baik," kata Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Bali Ketut Wija, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, dengan adanya infrastruktur yang baik, maka wisatawan dapat dengan mudah menjangkau destinasi yang dituju. Sedangkan tanpa infrastruktur yang memadai, kepariwisataan Bali dapat menimbulkan kesan yang kurang baik. "Memang kunjungan wisatawan ke Bali sejauh ini selalu meningkat, hampir 11 juta jiwa pertahun. Untuk 2014 saja, kunjungan wisatawan asing lebih dari 3,7 juta jiwa dan wisatawan domestik lebih dari 6,9 juta jiwa," ucapnya pada Seminar Promosi Investasi Wilayah Konjen Republik Rakyat Tiongkok itu.
Sedangkan untuk kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali pada 2014 lebih dari 600 ribu jiwa atau meningkat 51 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pihaknya berharap pada 2015, kunjungan wisatawan dari Negeri Tirai Bambu itu dapat menembus angka 1 juta jiwa.
Wija menambahkan, untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di Bali, sejauh ini masih dihadapkan pada beberapa kendala seperti persoalan keamanan, penanganan dan pengelolaan sampah, serta kemacetan lalu lintas. "Jadi, sangat kami harapkan saran-saran dan investasi dari pengusaha Tiongkok untuk membantu menyelesaikan permasalahan itu," katanya,
Dia juga menguraikan sejumlah proyek pembangunan infrastruktur yang tengah dirancang di Pulau Dewata dan beberapa sudah masuk tahap pra-studi kelayakan seperti pembangunan tol jurusan Denpasar- Gilimanuk dan tol yang menghubungkan Denpasar dengan kawasan Bali utara. Ada juga rencana pembangunan bandara di Kabupaten Buleleng, pengembangan Pelabuhan Kapal Pesiar Tanah Ampo, Pelabuhan Amed, jalan lingkar Nusa Penida, pembangunan stadion internasional dan sebagainya. "Pembangunan infrastruktur selain terkait dengan kepentingan pariwisata, sekaligus untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara kawasan Bali selatan dengan utara, timur, dan barat," ucap Wija.
Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Denpasar Hu Yinquan mengatakan lewat seminar tersebut untuk perusahaan dari Tiongkok untuk lebih mengenal potensi dari Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, untuk selanjutnya dapat dijalin kerja sama. "Jika infrastruktur kurang berkembang, memang akan berpengaruh terhadap lemahnya daya saing Indonesia," katanya.
Pengusaha dari RRT, ucap Yinquan , memiliki keunggulan di bidang pendanaan dan teknologi yang selama ini justru menjadi kelemahan dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Acara seminar itu juga dihadiri oleh Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Ketua China Chamber of Commerce in Indonesia Liu Haosheng, perwakilan bupati dan wali kota se-Bali, para pengusaha dari Tiongkok dan undangan lainnya. (WDY)