Denpasar (Antara Bali) - Petani Bali kreatif mengembangkan komoditas pertanian, dengan memanfaatkan lahan secara efektif, namun mampu memperoleh pendapatan yang berlipat ganda dibanding menanam padi yang panen setiap tiga-empat bulan.
"Petani Bali mulai memanfaatkan sebagian lahannya untuk menanam aneka jenis bunga memenuhi kebutuhan kegiatan ritual yang setiap saat diperlukan," kata Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof. Dr. Wayan Windia di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, lahan seluas lima are (500 meter persegi) yang ditanami gemitir dan jenis bunga lainnya penghasilannya sama dengan satu hektare tanaman padi. Petani padi yang menggarap lahan seluas satu hektare penghasilan dalam tiga-empat bulan sekitar Rp9 juta atau tiga juta per bulannya.
Petani yang kreatif mengembangkan tanaman bunga-bungaan untuk memenuhi kebutuhan ritual masyarakat Bali dengan menggarap lahan seluas lima are penghasilan setiap bulannya lebih dari Rp 3 juta. Prof Windia menjelaskan, bunga gemitir yang bisa dipanen dalam umur 45 hari, petani mulai memperhitungkan untuk bisa memperoleh harga mahal biasanya menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Pada hari raya besar umat Hindu harga bunga menjadi sangat mahal, karena semua orang membutuhkan. Oleh sebab itu petani dituntut kreatif untuk mengembangkan komoditas pertanian. Selain tanaman bunga juga mengembangkan sayur mayur dan jenis tanaman produktif lainnya, disamping tanaman padi sehingga mampu meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan, harap Wayan Windia.
Petani di Desa Belok dan Plaga, Kabupaten Badung, Bali mulai mengembangkan tanaman gemitir yang luasnya mencapai puluhan hektare, bahkan menjadi matapencaharian utama masyarakat setempat. (WDY)