Singaraja (Antara Bali) - Warga Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali menolak rencana pihak Hotel Pelataran melakukan pengeboran air tanah di sekitar sumber air panas Banyuwedang.
"Keberatan warga atas kekhawatiran pengoboran air oleh hotel bisa mengakibatkan sumber air panas surut," kata salah seorang tokoh pemuda setempat, Nyoman Suntara kepada Antara, Senin.
Ia mengatakan, keberatan warga itu setelah pihak hotel segera akan mengembor air tanah, dengan peralatan pengeboran yang sudah disiapkan sedemikian rupa. "Ketika itu Jumat (17/4) sudah ada peralatan pengeboran lengkap di lokasi, kami bersama warga lain langsung mencegah rencana itu. Kami tanyakan dapat rekomendasi dari mana mereka kok ingin mengebor di situ," ucap Suntara.
Penolakan warga itu beralasan karena warga Desa Pejarakan sangat bergantung pada sumber mata air Banyuwedang. Sumber air itu merupakan satu-satunya di desa. "Ribuan warga masih bergantung pada sumber air ini, karena kalau selain di sini airnya asin, tidak bisa dipakai. Pernah dulu suatu hari ada hotel yang sudah mulai ngebor. Lagi berapa hari airnya surut, nggak ada keluar, warga nggak bisa mandi. Itu alasan kami menolak," ujar Suntara.
Sumber air panas Banyuwedang selama ini dikelola oleh Desa Adat Pejarakan. Selain untuk kebutuhan warga, air dari sumber itu juga telah dimanfaatkan oleh dua hotel lain. Kedua hotel itu memiliki sumur bor di sekitar sumber air itu.
Kelian Desa Pakraman Pejarakan, Putu Darmika menambahkan, berdasarkan hasil kesepakatan dengan warga, pihaknya turut menolak pengeboran di sumber air panas Banyuwedang. Ia menyarankan supaya pihak hotel mencari lokasi pengeboran di tempat lain. (WDY)