Negara (Antara Bali) - Pemborong padi di Kabupaten Jembrana kesulitan mendapatkan buruh untuk memotong dan memanen padi, yang sudah dibeli.
"Saya mencari buruh potong padi sampai ke Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Tapi baru bekerja dua hari, mereka tidak kerasan dan pulang. Kalau buruh lokal Jembrana sudah habis," kata Hadi, salah seorang pemborong padi, di Negara, Kamis.
Padahal, katanya, untuk menarik buruh tersebut agar mau bekerja, ia menaikkan borongan ongkos potong padi, yang awalnya Rp350 ribu untuk setiap ton gabah, menjadi Rp400 ribu.
Sebelum mendapatkan buruh dari Lumajang tersebut, ia mengaku, sudah menjelajahi beberapa wilayah di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tapi tidak mendapatkannya.
"Di Kabupaten Banyuwangi juga sedang panen raya, sehingga warga yang biasa bekerja sebagai buruh potong padi, memilih mengambil borongan disana," ujarnya.
Menurutnya, jika tidak segera mendapatkan buruh, dirinya akan rugi karena beberapa lahan padi yang sudah terlanjur ia sepakati pembeliannya dari petani, rebah tertiup angin kencang.
Ia mengatakan, padi yang rebah harus segera dipanen, agar tidak lama terendam air, karena bisa rontok dan penyusutannya terlalu besar.
"Untuk padi yang rebah, saya sudah musyawarah dengan petani, dan mereka bersedia menurunkan harga Rp20 ribu untuk setiap arenya. Tapi ya tetap harus secepatnya dipanen, karena terendam air," katanya.
Pemborong padi ini mengaku, dirinya sudah sepakat membeli padi dari petani untuk lahan sekitar 20 hektare, yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Negara.
Ia mengungkapkan, sulitnya mencari buruh saat panen raya bersamaan dengan di Pulau Jawa, juga dirasakan rekan-rekannya sesama pemborong padi.
"Padahal kalau sudah terbiasa, satu orang buruh potong padi bisa mendapatkan gabah satu ton lebih setiap dua hari. Berarti satu hari penghasilannya Rp100 ribu lebih," katanya.
Pada beberapa panen raya sebelumnya, ia mengatakan, mengandalkan tenaga kerja dari Desa Pengambengan, karena mayoritas warganya butuh pekerjaan akibat paceklik hasil tangkap di laut.
"Tapi saat ikan banyak seperti ini, mereka kembali ke profesi semula sebagai nelayan. Saya sudah menghubungi beberapa orang untuk mencarikan buruh potong padi, mudah-mudahan segera dapat," katanya.(GBI)