Denpasar (Antara Bali) - Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) PGRI Kota Denpasar menggelar parade "Ogoh-Ogoh" atau boneka raksasa yang diikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Lapangan Lumintang Denpasar, Sabtu.
Kegiatan parade "Ogoh-Ogoh" oleh PAUD diikuti sebanyak 60 peserta dibuka Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Pembina PAUD Denpasar Nyonya Selly Mantra.
Parade boneka raksasa tersebut dirangkaikan dengan perayaan Hari Suci Nyepi Saka 1937 itu, dengan berbagai bentuk dan ukuran cukup semarak diusung anak-anak PAUD se-Kota Denpasar dengan berbalut busana adat Bali.
Suasana parade semakin semarak setelah parade "Ogoh-Ogoh" di lepas wali kota, maka peserta tidak saja mengusung boneka raksasa itu, namun anak-anak dari usia kisaran 4-6 tahun ini juga memainkan gamelan Bali baleganjur, yang diikuti dengan sorakan penyemangat oleh guru-guru pendamping dan orang tua mereka masing-masing.
Dengan start di Taman Kota Lumintang Denpasar, barisan parade "Ogoh-Ogoh" ini melintasi rute Jalan Mulawarman menuju Jalan Majapahit yang menjadi tontonan menarik bagi masyarakat yang melewati jalan tersebut.
Hadir juga dalam kesempatan ini anggota DPRD Kota Denpasar AAN Gde Widiada, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar IGN Eddy Mulya, Camat Denpasar Utara Nyoman Lodra.
"Kegiatan parade `Ogoh-Ogoh` ini memang diadakan setiap tahun, guna memupuk konsep wawasan budaya kepada anak-anak dan mengembangkan kreativitas sejak dini serta mengenalkan budaya Bali, sehingga mereka memiliki kepribadian melalui pengenalan budaya sedini mungkin," kata Rai Mantra.
Ia mengatakan, dengan memperkenalkan budaya sejak dini diharapkan anak-anak memiliki karakter dan memahami tentang makna budaya Bali, salah satunya melalui perayaan Hari Suci Nyepi lewat gelaran parade "Ogoh-Ogoh" secara berkelanjutan.
Rai Mantra juga mengapresiasi kepada anak-anak PAUD dan guru-guru karena sudah mengolah bentuk dan rupa "Ogoh-Ogoh" dengan menggunakan anyaman bambu serta kertas tempel baik bekas produk semen maupun koran sedemikian rupa tanpa menggunakan bahan sterofom.
Walaupun masih dalam masa transformasi, seperti diketahui sterofom ini dapat mengganggu lingkungan hidup karena proses daur ulangnya sangat sulit. Oleh sebab itu untuk masyarakat diimbau kembali untuk menggunakan bahan anyaman bambu untuk pembuatan ogoh-ogoh ke depannya.
Sementara Ketua Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) Kota Denpasar, Ni Made Aryaningsih mengatakan, tujuan dari parade "Ogoh-Ogoh" yang dilaksanakan setiap tahunnya untuk memupuk rasa cinta seni budaya sejak dini, serta memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang makna perayaan Hari Suci Nyepi.
"Peserta yang mengikuti parade kali ini dari beberapa gugus yang tersebar diempat kecamatan se-Kota Denpasar, sebanyak 60 `Ogoh-Ogoh` yang terdiri dari 48 `Ogoh-Ogoh` perwakilan gugus, dan 12 `Ogoh-Ogoh` dari partisipasi lembagai pendidikan anak usia dini di Kota Denpasar," katanya.
Di samping itu, kegiatan ini juga untuk mendukung Denpasar sebagai Kota Budaya dan Kota Layak Anak yang dilakukan dengan melibatkan seluruh anak-anak melalui kegiatan seni dan budaya, serta memberikan ruang kreativitas kepada anak-anak usia dini.
"Kami memberikan mereka kesempatan untuk mengenal budaya Bali sejak dini, baik dalam kegiatan perayaan Hari Suci Nyepi, maupun memberikan ruang kreativitas lewat kegiatan budaya lainnya," kata Aryaningsih. (WDY)
IGTKI Denpasar Gelar Parade "ogoh-ogoh"
Sabtu, 14 Maret 2015 22:33 WIB