Jakarta (Antara Bali) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan perkembangan kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diprediksi masih mengalami pelemahan pada 2015, bisa membantu peningkatan ekspor manufaktur secara signifikan.
"Perkembangan nilai tukar ini dapat mendorong ekspor manufaktur, serta meningkatkan daya saing ekspor keluar negeri," kata Perry saat memberikan paparan dalam rapat panitia kerja Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Rabu.
Perry mengatakan BI memberikan proyeksi rupiah sepanjang tahun rata-rata Rp12.200-Rp12.800 per dolar AS, atau sejalan dengan asumsi RAPBN-Perubahan 2015 yang disepakati dalam rapat kerja pemerintah dengan Komisi XI DPR sebesar Rp12.500.
"Ini masih dalam kisaran kami dan cukup realistis. Perkembangan nilai tukar ini selain dapat meningkatkan daya saing manufaktur, juga dapat mendorong kemampuan produksi dalam negeri secara keseluruhan. Ini baik bagi ekonomi kita," katanya.
Ia menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, diantaranya membaiknya perekonomian di Amerika Serikat yang menyebabkan terjadi penguatan dolar dan ketidakpastian di pasar modal karena rencana kenaikan suku bunga The Fed.
Selain itu, ketidakpastian dan volatilitas nilai tukar masih disebabkan oleh kondisi neraca transaksi berjalan yang diperkirakan masih mengalami defisit sehingga memberikan tekanan terhadap rupiah sepanjang tahun ini.
"Untuk itu, kebijakan BI akan diarahkan agar nilai tukar terhadap dolar AS sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi dan tetap melakukan kebijakan stabilisasi rupiah," kata Perry.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik, Sasmito Hadi Wibowo menambahkan perkiraan asumsi Rp12.500 per dolar AS bisa membantu pencapaian kinerja ekspor nasional dan menekan defisit neraca perdagangan secara keseluruhan.
Impor barang modal diperkirakan meningkat sepanjang tahun karena pemerintah ingin mendorong investasi, namun agar defisit neraca perdagangan tidak terlampau tinggi, pemerintah perlu mendorong ekspor terutama dari manufaktur yang tidak terpengaruh perlemahan harga komoditas global.
"Nilai Rp12.500, kami melihatnya sebagai antisipasi ketika pemerintah melakukan impor (barang modal) untuk pembangunan infrastruktur. Untuk menahan tidak defisit, maka butuh ekspor yang besar, dan Rp12.500 ini bisa membuat barang-barang kita lebih kompetitif di pasar internasional," kata Sasmito.
Kesepakatan pemerintah dan Komisi XI DPR RI atas asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp12.500, lebih lemah dari asumsi di draf awal RAPBN-Perubahan 2015 sebesar Rp12.200. Sementara, BI mencatat hingga 21 Januari 2015, nilai rata-rata rupiah mencapai Rp12.610 per dolar AS. (WDY)
BI: Perkembangan Kurs Bantu Peningkatan Ekspor Manufaktur
Kamis, 29 Januari 2015 9:01 WIB