Jakarta (Antara Bali) - DPR RI mendukung upaya penguatan kerja sama antara Indonesia dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dalam pemanfaatan dan penerapan teknologi nuklir, kata Ketua DPR RI Setya Novanto.
"Di bidang pertanian dan pangan, Indonesia telah berhasil memanfaatkan teknologi nuklir dalam pemuliaan tanaman pangan seperti padi, kedelai, kacang tanah, dan sorgum," kata Setya Novanto di Gedung Nusantara III, Jakarta, Kamis.
Hal itu disampaikan Setya Novanto saat menerima Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano di ruang rapat Ketua DPR RI, Gedung Nusantara III, Jakarta.
Dia menjelaskan varietas tanaman yang dihasilkan melalui teknologi iradiasi mempunyai karateristik unggul seperti produktivitas tinggi, tahan hama, dapat tumbuh di lahan marginal, dan mempunyai umur panen yang lebih pendek.
Hasil penelitian itu sudah dimanfaatkan secara luas oleh petani dan lebih memberikan kontribusi penting dalam mendukung program ketahanan dan kedaulatan pangan.
"Indonesia menerima penghargaan berupa `Outstanding Achievenment Award` dari FAO dan IAEA," ujarnya.
Selain itu, menurutnya, Indonesia sudah memanfaatkan teknologi nuklir di bidang kesehatan untuk menghasilkan berbagai produk radioisitop dan radiofarmasi untuk keperluan diagnosis dan terapi, seperti diagnosis fungsi ginjal, kelenjer tiroid, serta diagnosis dan terapi kanker.
Dia juga mengucapkan selamat atas ditetapkannya fasilitas penelitian nuklir BATAN di Pasar Jumat menjadi "Collaborating Center" Pemerintah Indonesia dengan IAEA di bidang Aplikasi Teknologi Nuklir untuk industri.
Collaborating Center itu menurut dia diharapkan dapat menjadi pusat kerja sama aplikasi teknologi nuklir untuk maksud damai di kawasan.
Setya Novanto didampingi anggota DPR RI seperti Satya Widya Yudha dan Robert Kardinal.
Dari pihak Badan Tenaga Nuklir Internasional hadir Conleth Brady, Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala Bapeten Jazi Eko Istiyanto, Dubes Indonesia untuk Austria Rachmat Budiman.(WDY)
DPR Dukung Penguatan Kerja Sama RI-IAEA
Kamis, 22 Januari 2015 20:08 WIB