Denpasar (Antara Bali) - Pakar Pengelolaan Pesisir dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Dietriech Geoffery Bengen mengatakan perairan Teluk Benoa, Bali, perlu dilakukan rivitalisasi dalam mengamankan biota laut dan tanaman bakau.
"Keberadaan Teluk Benoa harus segera dilakukan revitalisasi dalam upaya menyelamatkan biota laut dan mangrove dari serbuan sampah dan pendangkalan (sentimentasi lumpur)," katanya pada seminar nasional bertema "Pro-Kontra Revitalisasi Teluk Benoa" di Denpasar, Senin.
Ia berpendapat saat ini pemanfaatan Teluk Benoa yang luasnya mencapai 1.832 hektare sebagai kawasan pariwisata, pemukiman nelayan, pelabuhan, TPI, penangkapan ikan, keramba, tambak dan pembesaran kepiting.
"Karena terjadi pendangkalan dan abrasi tersebut menyebabkan Pulau Pudut di kawasan itu juga terkikis dari luas awal sekitar 8 hektare menjadi 1,055 hektare. Langkah untuk menyelamatkan kawasan tersebut adalah dengan melakukan revitalitasi atau reklamasi," ucapnya.
Dietriech lebih lanjut mengatakan dengan melakukan revitalisasi tersebut diharapkan keterpaduan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya dan ekonomi agar terbangun dalam kawasan tersebut.
"Kawasan yang rencananya direvitalisasi dengan luas optimal mencapai 700 ha, dimana 40 persen akan digunakan ruang terbuka hijau dan 60 persen dimanfaatkan untuk pariwisata," katanya.
Menurut dia, revitalisasi ini urgen dilakukan di Teluk Benoa dalam langkah menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat ekologi serta sosial ekonomi.
"Kami berharap revitalisasi memberikan manfaat ekologi berupa pemulihan alur, pelimpasan air laut dan penambahan areal terbuka hijau.
Bagi masyarakat dan pemerintah daerah akan memperoleh manfaat sosial budaya serta manfaat ekonomi.
"Dari segi budaya melalui revitaliasi Teluk Benoa akan tetap dipertahankan dan dari segi sosial nantinya memberi ruang kesempatan kerja untuk menampung tenaga kerja yang dapat mengurangi pengangguran di Bali dan Indonesia," katanya. (WDY)