Plaga (Antara Bali) - Kalangan petani bunga gemitir terutama di Desa Belok dan Plaga, Kabupaten badung, Bali mengeluhkan puluhan hektare ladang bunga gemitir yang menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat setempat mengalami serangan penyakit ulat, busuk batang dan bercak daun.
"Akibat serangan penyakit tersebut panen bunga yang tadinya hingga 20 kali untuk sekali penanaman kini turun hanya empat sampai lima kali. Penurunan panen ini kemungkinan juga faktor bibit bunga yang kurang berkualitas atau faktor cuaca," ujar Nyoman Tarke (57), petani bunga gemitir di Desa Belok, Jumat.
Ia menjelaskan, pihak petugas penyuluh pertanian sudah berkali kali datang untuk menyelidiki penyakit tersebut, namun keadaannya tetap begitu. Sejak setahun terakhir, penyakit tersebut merajalela, padahal Desa Belok dan Plaga merupakan pemasok utama bunga gemitir untuk kabupaten atau kota di Bali Selatan dan Timur.
"Sedangkan untuk Bali Tengah yaitu Tabanan dan Bali Utara Singaraja bunga gemitir dipasok dari Baturiti (Tabanan), " ujarnya.
Menurut dia, pihak petugas penyuluh pertanian tidak menemukan solusi untuk mengatasi penyakit tersebut, sehingga ratusan petani bunga kini pasrah menerima nasib dengan tetap menekuni profesi berladang bunga sekedar menghidupi anggota keluarga.
Ia menjelaskan, pendapatan petani tidak menentu karena harga bunga juga sering anjlok sehingga tidak ada keuntungan.
Namun demikian para petani masih bisa berharap keuntungan pada hari hari raya keagamaan seperti bulan Puranama dimana umat Hindu serempak melakukan persembahyangan.
Tarke menjelaskan, harga bunga memang turun dan naik cukup cepat, bila harga bunga gemitir ukuran kecil tidak sampai Rp5000 per kilogram dipastikan petani merugi karena biaya biaya pemupukan dan festisida cukup tinggi untuk meredakan serangan penyakit ulat dan busuk batang dan bercak daun.
Gede darsana, salah seorang dari puluhan pedagang pengepul bunga gemitir menyatakan sejak lima hari terakhir harga bunga gemitir cukup membaik dari sebelumnya. Harga dari petani untuk bunga gemitir yang berukuran super saja diharga Rp 11.000 hingga Rp 12.000 per kilogram.
"Sedangkan untuk bunga gemitir yang berukuran tanggung atau menengah Rp 8000 per kilogram dan untuk yang berukuran kecil dihargai Rp 5000 hingga Rp 6000 perkilogram," ujarnya.
Menurut dia, kondisi harga membaik pada hari raya keagamaan setiap bulan purnama dan tilem (bulan mati) yaitu bunga gemitir super bisa mencapai Rp 19000 per kilogram , jenis tanggung atau menengah bisa mencapai Rp 16000 hingga Rp 17000 per kilogram dan yang kecil bisa mencapai Rp 8000 hingga Rp 9000.
"Sedangkan pada upacara Galungan untuk yang super bisa mencapai Rp 25.000 per kilogram, ukuran menengah atau tanggung Rp 19.000 per kilogram dan yang kecil bisa mencapai Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per kilogram. " Ujar Gede Darsana.
Sementara itu, Saidin petugas lapangan dari PT. Dharma Guna Wibawa menjelaskan, perlakuan para petani dalam mengolah ladang bunganya harus benar-benar telaten (serius) baik sebelum penanaman dan sesudah penanaman jika ingin tidak terjadi gagal panen yang merugikan petani.
Ia menjelaskan, pascapanen petani harus melakukan fungisida untuk memberantas penyakit jamur yang berserakan di lahan dan setelah penanaman kegiatan festisida dan fungisida tetap dilakukan untuk mengendalikan serangan penyakit ulat yang mematikan tersebut.
" Fungisida dan festisida dengan takaran 500 ml atau setengah liter untuk pemakaian lahan satu hektar," ujar Saidin yang merupakan distributor utama festisida untuk petani bunga gemitir. (MFD)
Tanaman Bunga Gemitir Terserang Ulat
Jumat, 14 November 2014 10:56 WIB