Jakarta (Antara Bali) - PT Pertamina akan meningkatkan kapasitas kilang pengolahan dari saat ini 1,05 juta menjadi 1,6 juta barel perhari dengan perkiraan investasi Rp200 triliun dalam enam tahun ke depan atau 2020.
Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina, Hanung Budya, di Jakarta, Selasa mengatakan, program yang disebut Rencana Induk Pengembangan Pengilangan (RDMP) itu upaya Pertamina meningkatkan ketahanan energi Indonesia.
"Dengan peningkatan kapasitas kilang ini, maka akan mengurangi ketergantungan impor BBM," tuturnya.
Menurut dia, peningkatan kapasitas kilang menjadi 1,6 juta barel minyak mentah perhari itu akan menaikkan produk BBM jenis premium hingga tiga kali lipat dan solar dua kali lipat. Premium merupakan BBM yang disubsidi bersama dengan solar dan minyak tanah.
Ia mengatakan, anggaran RDMP memang lebih tinggi dibandingkan bangun kilang baru berkapasitas 300.000 ribu barel perhari dengan perkiraan 12 miliar dolar Amerika Serikat.
Namun, lanjutnya, peningkatan kapasitas kilang dengan skema RDMP bisa lebih dari dua kali dibandingkan kilang baru.
Saat ini, Indonesia masih mengimpor 70 persen kebutuhan nasional dan solar mencapai 30 persen. Total impor kedua produk tersebut mencapai 13 juta kiloliter pertahun.
Kebutuhan impor itu bakal terus meningkat mengingat pertumbuhan pemakaian BBM mencapai 8-9 pertahun. Satu penyumbang penting peningkatan keperluan BBM itu adalah sektor transportasi darat yang didominasi pertumbuhan produksi kendaraan pribadi sementara transportasi umum masih jauh dari memadai.
Budya menambahkan, selain RDMP, Pertamina juga akan membangun kilang baru bersama mitra.
Ia mengatakan, kebutuhan kilang baru untuk mencapai swasembada BBM itu tiga unit dengan masing-masing kapasitas 300.000 barel atau totalnya 900.000 barel perhari.
"Yang penting juga, kalau RDMP dan pembangunan tiga kilang baru ini selesai dalam delapan tahun, maka Indonesia bisa mandiri BBM pada 2022," ujarnya.
Sementara itu, Manajer Humas Pertamina, Adiatma Sardjito, menambahkan, selain RDMP, Pertamina masih meneruskan kerja sama pembangunan kilang baru bersama Saudi Aramco Asia (SAA), yang berencana membangun kilang berkapasitas 300.000 barel perhari.
Kemitraan dengan SAA juga upaya berbagi risiko karena pembangunan kilang baru selain membutuhkan investasi besar dengan perolehan yang rendah, juga perlu kepastian suplai minyak mentah.
Namun, pembangunan kilang dengan SAA itu masih menunggu persetujuan insentif fiskal dari pemerintah agar memenuhi keekonomiannya.
"Dengan demikian, kini ada dua inisiatif Pertamina meningkatkan kapasitas kilang yakni RDMP dan bangun kilang baru bersama mitra," ujarnya.
Sardjito juga mengatakan, program RDMP merupakan pilihan logis karena selain kebutuhan insentif fiskal, kilang baru juga memerlukan lahan hingga 1.000 Hektare dan dermaga dengan laut yang dalam.
Di luar Pertamina, pemerintah juga merencanakan pembangunan kilang dengan skema Kemitraan Pemerintah dan Swasta (KPS). "Untuk skema KPS, kami siap memberikan dukungan teknis," ucap dia.
Saat ini, Pertamina mengoperasikan enam kilang di seluruh Indonesia dengan total kaapasitas 1,047 juta barel minyak mentah per hari.
Keenam kilang itu adalah Dumai, Riau, dengan 170.000 barel perhari, Plaju, Sumatera Selatan (133.700 barel), Cilacap, Jawa Tengah (348.000 barel), Balikpapan, Kalimantan Timur (260.000 barel), Balongan, Jawa Barat (125.000 barel), dan Kasim, Papua (10.000 barel). (WDY)