Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten badung mendorong petani di Kecamatan Petang, 45 Km utara Denpasar mengembangkan holtikultura seperti sayur dan buah organik untuk bisa mengurangi impor.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Badung Drs I Gede Wijaya, MM Senin menyebutkan, sedikitnya ada tujuh buah komoditi pertanian diantaranya dikembangkan di daerah berhawa sejuk itu.
Tanaman buah-buahan yang dikembangkan itu jenis Asparagus, terong merah, tomat cerry, bunga kucay, timun Jepang, cole bulat dan beby buncis, diantara komoditi tersebut tiga jenis bibitnya sudah dibagikan kepada petani setempat.
Pemberian bibit gratis itu berupa bibit asparagus sebanyak 40.000 bibit, tomat cerry 2500 bibit dan terong merah sejumlah 150 pohon dan proses pembibitannya sendiri dilakukan secara khusus.
Ia mengatakan, pemeliharaan itu harus diperhatikan mulai dari proses pemilihan bibit, pencangkokkan hingga penanaman untuk memperoleh hasil yang benar-benar nomor satu sehingga memiliki harga jual yang menjanjikan.
Pemerintah Kabupaten Badung berencana mendatangkan pihak konsumen terutama dari Hotel-hotel di Badung selatan untuk melihat sendiri komoditi-komoditi organik yang sedang dibudidayakan oleh para petani.
Kerjasama dengan pihak pengelola hotel akan terjalin jika produksi komoditi holtikultura ini memiliki kuantitas, kualitas yang baik dan berkelanjutan, sesuai dengan permintaan dan keinginan konsumen.
Untuk mencapai hasil produksi yang maksimal, para Petani di Desa Pelaga, daerah Badung Utara itu mengikuti pengarahan-pengarahan tentang pertanian modern dari aparat yang berkopeten dibidang tanaman tersebut.
Tanaman holtikultura yang dikembangkan petani itu bisa berhasil baik diharapkan akan mampu mengurangi inpor buah-buahan dan sayur yang selama ini menghabiskan devisa cukup besar walau pun sudah mulai berkurang.
Bank Indonesia Denpasar mencatat impor buah-buahan dan sayuran selama Januari-April 2010 bernilai 114 ribu dolar AS, kalau satu dolar AS dinilaikan dengan Rp9.000 maka pembelian itu seharga Rp 1 miliar.
Angka impor hasil pertanian tersebut sudah berkurang jika dibandingkan periode sebelumnya yang bisa mencapai 1,3 juta dolar tahun 2008 menjadi hanya 578 ribu tahun 2009 dan 2010 diharapkan jauh berkurang.(*)