Semarapura (Antara Bali) - Aktivitas pemindangan tradisional di Desa Kusamba, Kabupaten Klungkung, Bali kini mulai tersendat, akibat pasokan ikan dari nelayan setempat sepi.
"Kalau dalam kondis normal pemidangan Kusamba bisa memproduksi 300 keranjang ikan pindang setiap harinya, namun sekarang sedikit sepi," kata I Wayan Wetri, salah seorang pedagang pindang sekaligus pengolah pindang, Senin.
Ia mengatakan, akibat ikan beku langka produksinya berkurang kini hanya sekitar 200-250 keranjang per hari.
Demikian pula proses pemindangan terpaksa menggunakan ikan beku pasokan dari Jawa dan Jembrana, Bali barat.
Sementara ikan dari nelayan di Klungkung, Amed, Bugbug serta Seraya, Kabupaten Karangasem belakangan ini sulit diperoleh, akibat tangkaan nelayan berkurang.
Langkanya ikan di pasaran menyebabkan harga mengalami kenaikan sekitar Rp2.000 per ekornya. Untuk ikan besar sekarang sampai Rp10.000 per ekor, ikan kecil Rp4.000 per ekor.
Wayan Wetri menjelaskan, kelangkaan ikan terjadi sejak dua bulan terakhir, karena ikan berkurang akibatnya pekerja di pemindangan banyak yang beralih pekerjaan.
Padahal kalau pasokan ikan normal pekerja pemindangan bisa mendapat ongkos Rp60.00 per hari setiap orangnya.
"Namun sekarang ikan tidak ada dan harganya mahal," ujarnya. Ikan beku lebih merugikan pemindangan karena labih banyak menghabiskan kayu bakar, sehingga harga pindang menjadi lebih mahal pula.
Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (PPK) Kabupaten Klungkung IGN Badiwangsa mengaku, jika para nelayan belakangan ini paceklik ikan segar.
Ikan beku sebenarnya tidak ada masalah dipindang, yang terpenting diolah dengan baik, katanya. (WDY)
Aktivitas Pemindangan di Klungkung Tersendat
Senin, 22 September 2014 12:22 WIB