Gianyar (Antara Bali) - Enam siswa dari Papua terdaftar sebagai siswa di SMA Negeri Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, terdiri atas duduk di kelas I empat orang dan kelas II dua orang.
Kepala Sekolah SMAN Sukawati, I Gusti Made Puja Armaya, Sabtu mengatakan, keberadaan keenam siswa asal Papua tersebut berawal dari program Inklusi, yang merupakan program dari Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ia mengatakan, program yang digulirkan Pemerintah Pusat itu, ada bagian pendidikan khusus dan layananan khusus.
"Seluruh kabupaten di Indonesia diharuskan merintis inklusi, masing-masing untuk tingkat SMP dan SMA, untuk mendukung sekolah luar biasa (SLB), karena daya tampung SLB terbatas," terang Kepsek asal Desa Keramas, Blahbatuh itu.
Ia menjelaskan, program Inklusi tidak berlanjut dan pada tahun 2013 diganti dengan Apirmasi Pendidikan Menengah (ADEM). Pada tahun yang sama juga diluncurkan Pendidikan Menengah Universal (PMU).
Menurutnya, PMU esensinya perluasan akses, peningkatan mutu, subsidi silang dan terakhir "Link and Much" yang maksudnya relepansini dunia pendidilkan dengan dunia kerja.
Untuk mendukung program ADEM, 500 orang tamatan SMP di Papua direkrut melalui seleksi, yaitu seleksi akademik dan seleksi penempatan sesuai bakat dan keinginan.
Puja Armaya menambahkan, siswa asal Papua yang lolos seleksi itu disebar ke seluruh kabupaten yang ada di Jawa dan Bali.
"Tahun 2013 kita kebagian dua siswa dan untuk tahun ini kebagian empat orang siswa," ungkap Puja Armaya.
Ditanya biaya sekolah untuk siswa asal Papua tersebut, Ia menjelaskan, biaya sekolah disubsidi dengan dana bos. Selain itu, setiap siswa mendapatkan dana dari pusat sebesar Rp 1,1 juta, untuk biaya pemondokan, makan, pakaian sekolah dan buku.
"Disamping itu mereka juga mendapatkan asuransi kesehatan BPJS," terangnya.
Salah seorang siswa asal Papua, Ronal Orawiyauta mengaku awalnya kepikiran, karena belum mengenal lingkungan dan tidak mengenal siapa-siapa.
Pada hari pertama masuk sekolah, ia mengaku hanya diam saja karena belum mempunyai teman selain teman sesama asal Papua.
"Ternyata orang Bali mudah diajak bergaul, dengan cepat mereka bisa berbaur dan tidak membedakan suku," aku Ronal, siswa asal Desa Syuru, Kecamatan Agats, Kabupaten Asmat, Papua.
Ronal dengan jujur mengakaui, cuaca di daerahnya lebih panas dibandingkan di Sukawati. Iapun mengaku senang bisa menuntut ilmu di SMAN Sukawati karena banyak eksta kurikuler yang bisa diikuti.
"Bagi saya sekolah di Papua maupun di Bali sama. Di Papua saya banyak teman dan di sini saya juga banyak teman," ujarnya.
Kerinduannya terhadap keluarga bisa diatasinya, karena kesibukannya di sekolah selain mengikuti pelajaran secara rutin, juga mengikuti ekstra kulikuler.
"Banyak kesibukan membuat saya tidak merasa rindu dengan keluarga," ungkap Ronal yang dalam dua minggu sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. (WDY)