Negara (Antara Bali) - Maraknya lembaga bimbingan belajar (bimbel), menurut Bupati Jembrana, I Putu Artha, merupakan simbol sekolah tidak dipercaya lagi untuk membuat muridnya pintar.
"Banyaknya bimbel yang memungut bayaran hingga jutaan rupiah, harusnya membuat pendidik di lembaga formal atau sekolah prihatin dan instropeksi diri, kenapa murid lebih memilih mengikuti program tambahan belajar di luar sekolah?" katanya saat menjadi inspektur upacara dalam apel rutin, di Negara, Senin.
Dengan biaya mengikuti bimbel di lembaga swasta yang cukup mahal, ia mengatakan, juga membuat kecemburuan sosial dari murid yang berasal dari kalangan kurang mampu.
Untuk menekan kecemburuan sosial tersebut, ia minta, sekolah meningkatkan kualitas pendidikannya, termasuk menyelenggarakan bimbingan belajar tambahan dengan biaya yang bisa dijangkau semua kalangan.
"Saya tidak melarang adanya bimbel, karena juga penting bagi pelajar yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tapi kalau bimbelnya mulai TK sampai SMA, itu namanya tidak percaya dengan sekolah," ujarnya.
Khusus untuk lembaga bimbel di Jembrana, ia mengaku, mendapatkan laporan belum seluruhnya memiliki izin.
Secara umum untuk sektor pendidikan, ia minta, PNS khususnya pejabat untuk membantu masyarakat kurang mampu di lingkungan masing-masing, agar anak mereka tidak putus sekolah.
"Jangan karena alasan tidak mampu membayar biaya sekolah, lalu tidak melanjutkan. Saya minta pihak sekolah juga tidak melakukan pungutan macam-macam, yang membuat wali murid tidak mampu membayarnya," katanya.(GBI)