Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Universitas Udayana (Unud) Prof Dr. I Wayan Windia menilai, petani dan nelayan mampu memberikan kebutuhan pangan hal yang paling dalam kehidupan manusia, padahal kehidupannya sendiri sangat miskin.
"Di balik kemiskinannya itu petani mampu memberikan bahan makanan, bahkan sumber tenaga kerja murah bagi kaum kapitalis," kata Prof Windia yang juga Ketua Pusat Penelitian Subak Unud di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, petani dalam menekuni aktivitasnya mengolah lahan mampu memberikan oksigen yang segar, pemandangan alam, media aktivitas kultural, dan media pencegah banjir.
Bahkan petani di Bali mampu memberikan kebanggaan, karena organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (Subak) diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBD).
UNESCO tidak sembarangan mengakui sesuatu warisan bangsa untuk menjadi WBD, karena warisan itu harus asli dan mampu sebagai bamper kebudayaan.
Windia menambahkan, subak merupakan warisan asli Bali yang dibangun sepuluh abad yang lalu dan kini sebagai bamper terkuat bagi kebudayaan Bali.
"Jika direnungkan, ternyata justru petani dan masyarakat miskinlah yang memberikan sumbangan besar untuk bangsanya. Lalu, apa yang bisa diberikan kepada petani," tanya Prof . Windia.
Ia menjawab sendiri mereka tidak minta macam-macam, petani hanya minta agar mereka dibebaskan dari pajak bumi dan bangunan (PBB) yang kini sangat besar mencekik dan mematikan.
Petani dalam aktivitasnya membutuhkan air untuk irigasi dan mereka minta agar jaringan irigasinya dijamin aman dan baik, tidak diganggu oleh patok-patok agraria milik Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam proses pembuatan sertifikasi.
Pemasangan patok-patok tersebut selama ini sangat mengganggu dan menghambat aliran irigasi ke hilir sehingga mengganggu aktivitas petani dalam mengolah lahan, harap Prof. Windia. (WDY)