Ubud (Antara Bali) - Pematung kayu I Wayan Darlun menggelar pameran tunggal di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, dengan menampilkan karya yang diberi tajuk "Tan Matepi" atau tiada pernah menepi.
Pameran yang dibuka Sabtu (29/5) malam itu berlangsung hingga 18 Juli.
Menurut Wayan Darlun, pameran itu merupakan kelanjutan dari pameran patung bersama "In The Morning of the World" di Jakarta, bertepatan acara "Emerging Market Forum", September 2006.
Pembukaan acara di Gedung Timur Museum Puri Lukisan itu dilakukan Bupati Gianyar Cokorda Artha Ardana Sukawati, dihadiri tokoh puri Cokorda Gde Putra Sukawati dan kolektor senior Dr Oei Hong Djien yang sekaligus menjadi pembicara diskusi di tempat sama.
Anak Agung Ngurah Muning, kurator Museum Puri Lukisan, mengakui Wayan Darlun adalah arsitek sekaligus desainer yang banyak membantu proses penciptaan atau ide pematung lain di Desa Mas, Ubud.
"Darlun berkarya seperti juga berlaku sembah bagi Sang Pencipta. Mungkin itu sebabnya setiap karyanya menjadi dialektika hidup antara dirinya dan sang kayu. Yang tercipta adalah komposisi sederhana nan elegan. Sebuah dialog yang tak berkesudahan," katanya.
Menurut Muning, setiap karya patung yang dihasilakan Darlun, yang tak bersudut, tak putus-putus, dipilih menjadi tema pameran tak bertepi itu.
"Pameran ini merupakan salah satu upaya agar kreativitas Darlun dan seniman patung Bali lainnya, terus mengalir tak berkesudahan. Tiada pernah menemui tepi," ucapnya.
Tiro Daenuwy dari Sarasvati Art Management yang memprakarsai pameran itu menyatakan, seni patung kayu merupakan bentuk seni mengurangi (subtraction art form) yang tingkat kesulitannya berbeda dibandingkan seni keramik yang berprinsip menambah (addition art form).
Apalagi patung-patung kayu tradisional Bali yang cenderung tidak diwarnai, jika dilakukan kreasi penambalan atau perbaikan maka akan sangat mencolok mata. "Seni patung kayu tradisional Bali pada dasarnya mengikuti bentuk alami kayu itu sendiri," ujar Tiro.
Bentuk akhir karya merupakan perpaduan kerja dari imajinasi seniman ketika berhadapan dengan kayu itu dan ketekunannya memproses imajinasi menjadi bentuk nyata.
Darlun merupakan seorang pematung unik yang beruntung mendapat kesempatan bekerja dan belajar dengan bimbingan maestro patung ayah-anak, Ida Bagus Njana dan Ida Bagus Tilem pada 1950-an. Kedua maestro tersebut termasuk tokoh sentral seni patung tradisional Bali yang jumlahnya sedikit.
Dalam kesederhanaan, Darlun yang kelahiran Banjar Juga, Desa Mas, Ubud, 30 Desember 1947, melanjutkan semangat yang diwariskan para gurunya.(*)