Denpasar (ANTARA) -
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio kredit terhadap simpanan (LDR) perbankan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara masih berada pada rentang ideal yakni rata-rata 81,25 persen pada Agustus 2025.“Realisasi itu sedikit melandai dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 82,01 persen,” kata Kepala OJK Bali Kristrianti Puji Rahayu selaku koordinator wilayah Bali dan Nusa Tenggara (Nusra) di Denpasar, Bali, Senin.
Capaian LDR tersebut berada dalam rentang angka ideal sesuai ketentuan yakni berada pada rentang 78 persen hingga 92 persen.
Adapun penyaluran kredit di tiga provinsi itu selama Januari-Agustus 2025 mencapai Rp241,52 triliun atau secara tahunan tumbuh 6,89 persen.
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebesar 57,84 persen kredit di wilayah Bali dan Nusa Tenggara disalurkan kepada kredit produktif, yaitu 32,65 persen dalam bentuk modal kerja dan 25,19 persen dalam bentuk investasi.
Puji juga mencatat sebesar 41,61 persen kredit di wilayah Bali dan Nusa Tenggara disalurkan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Pertumbuhan kredit secara tahunan didorong oleh peningkatan nominal kredit investasi yang bertambah sebesar Rp13,01 triliun atau tumbuh 27,22 persen dibandingkan Agustus 2024.
Meski begitu, penyaluran kredit perbankan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara didominasi oleh sektor konsumtif atau Bukan Lapangan Usaha yang menguasai porsi 42,16 persen dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 23,53 persen.
Menurut dia, kualitas kredit di tiga provinsi itu juga tergolong sehat dengan rata-rata kredit bermasalah (NPL) perbankan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara tetap terjaga di bawah ambang batas 5 persen yakni sebesar 3,12 persen.
Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada Agustus 2025 mencapai Rp297,25 triliun atau tumbuh 7,88 persen secara tahunan.
Ia juga optimistis permodalan perbankan khususnya Bank Perekonomian Rakyat (BPR) di tiga provinsi itu masih kuat untuk memitigasi risiko mengantisipasi ketidakpastian global, mencermati likuiditas yang masih kuat dari rasio kas (CR) dan rasio kecukupan modal (CAR).
Berturut-turut CR BPR di Bali, NTB dan NTT masing-masing mencapai 14,83 persen, 20,41 persen, dan 7,49 persen.
Sedangkan CAR masing-masing 31,68 persen, 46,38 persen dan 43,03 persen.
