Denpasar (ANTARA) - End Child Prostitution in Asian Tourism (ECPAT) Indonesia, jaringan global organisasi masyarakat sipil yang bekerja untuk mengakhiri eksploitasi seksual terhadap anak, berkolaborasi dengan Forum Anak Daerah (FAD) se-Bali memamerkan produk kampanye kreatif perlindungan terhadap anak.
"Kita ingin mengangkat pandangan suara anak, makanya di sini hari ini ada tampilan atau booth pameran dari anak-anak yang menyuarakan pandangan mereka terkait dengan situasi anak-anak yang menjadi pekerja, khususnya di sektor pariwisata," kata Koordinator Nasional ECPAT Indonesia Andy Ardian di Denpasar, Bali, Senin.
Andy menjelaskan kampanye kreatif untuk menyuarakan perlindungan anak dari situasi eksploitasi, khususnya di sektor pariwisata sangat penting dan mendesak mengingat dunia pariwisata rentan pada anak-anak, yang mereka bisa saja terdampak dari dampak-dampak negatif dunia pariwisata seperti keterlibatan mereka sebagai pekerja anak, dieksploitasi secara seksual dan lainnya.
Dia mengatakan walaupun sudah ada komitmen dari berbagai pihak untuk menghapus pekerja anak di sektor pariwisata, masih diperlukan gerakkan yang masif untuk mensosialisasikan gerakan ini agar pekerja anak dan eksploitasi seksual dan ekonomi bisa ditekan angkanya.
Pihaknya menargetkan jumlah korban dapat berkurang bahkan sampai zero pekerja anak dan eksploitasi seksual dan ekonomi terhadap anak di Bali.
Hal ini penting mengingat banyak pekerja anak di Bali terlibat dalam sektor yang sangat rentan terhadap eksploitasi, yang menimbulkan risiko serius terhadap perkembangan fisik dan mental mereka, sekaligus membatasi akses terhadap pendidikan dan layanan sosial yang penting.
"Kita ingin mendorong lebih jauh dari dunia pariwisata untuk bisa terus mendorong upaya perlindungan anak bukan hanya pada formal sektor, tapi juga informal sektor," katanya.
Pada kesempatan tersebut, berbagai perwakilan dari asosiasi pariwisata, jaringan hotel dan restauran, pekerja pariwisata, pemilik usaha pariwisata serta instansi pemerintah terkait dari seluruh Bali juga diedukasi terkait perlindungan anak.
"Ada banyak tempat-tempat misalnya yang menyediakan penginapan, tetapi dia tidak punya kebijakan yang baik dalam upaya perlindungan anak," katanya.
Dia berharap para pemangku kepentingan di sektor formal dan informal di Bali dapat merumuskan langkah strategis bersama agar potensi terjadinya eksploitasi anak dapat dihindari termasuk di ruang digital.
Dia mengatakan saat ini ada banyak platform-platform atau usaha-usaha jasa wisata yang melibatkan sharing economy, seperti platform transportasi online.
Karena itu, kebijakan jasa layanan terkait kekerasan seksual terhadap anak maupun bentuk eksploitasi lainnya bisa menjadi pedoman bersama aplikator dan driver.
"Itu yang sebenarnya mau kita dorong, kita melibatkan sektor economy sharing atau para pemilik usaha yang sebenarnya berkontribusi untuk memastikan mitra-mitra mereka untuk bisa memiliki kebijakan anak," katanya.
Salah anggota Forum Anak Daerah Karangasem I Kadek Wedana yang ditemui di area pameran mengatakan dirinya merasa bersyukur dalam aksi kampanye perlindungan anak di Denpasar.
Dalam pameran tersebut Kadek Wedana bersama beberapa kawannya mengkampanyekan gerakan perlindungan terhadap anak melalui berbagai bentuk lukisan. Berbagai ukuran dan model lukisan yang ditampilkan tersebut berisi harapan anak-anak Karangasem agar tidak ada lagi eksploitasi terhadap anak.
"Kami memanfaatkan karton bekas yang dilukis anak-anak forum anak daerah sebagai bentuk keberpihakan kami pada isu keberlanjutan. Kami juga ingin menunjukkan bahwa setiap anak memiliki pola pikir sendiri karena itu tidak baik untuk menghalangi cita-cita mereka dengan berbagai bentuk eksploitasi," katanya.
Baca juga: ECPAT: Banyak anak di Bali rentan dieksploitasi
