Badung (ANTARA) - Presiden Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono mengajak negara-negara Asia Pasifik mempercepat pemberantasan kasus malaria.
SBY yang sekaligus Penasihat Khusus Asia Pacific Leaders Malaria Alliance (APLMA) dalam 9th Asia Pacific Leaders’ Summit on Malaria di Badung, Bali, Selasa, mengatakan eliminasi malaria ditargetkan paling lama 2030.
“Tugas utama saya adalah mendukung para pemimpin di Asia Pasifik untuk mempercepat eliminasi malaria, mungkin saya bisa membagikan pengalaman dalam menghadapi malaria dan penyakit menular lainnya di Indonesia dari waktu ke waktu itulah alasan saya tergabung,” kata dia.
Di hadapan delegasi 23 negara, SBY mengatakan End Malaria Council menargetkan malaria musnah dalam 5 tahun ke depan, dimana Kawasan Afrika menjadi tantangan terbesar.
Namun, SBY mengingatkan bahwa Asia Pasifik juga perlu memberantas kasus karena sekarang kawasan ini menyumbang 4,8 persen kasus malaria di dunia.
“99,5 persen dari kasus ini terkonsentrasi di delapan negara yaitu Afghanistan, Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon,” ujarnya.
Penasihat Khusus APLMA itu meyakini misi ini bisa terwujud tercermin dari keberhasilan sejumlah negara di Subwilayah Mekong Raya seperti Kamboja, Laos, dan Vietnam.
Menurutnya negara-negara tersebut kini semakin dekat dengan eliminasi melalui kepemimpinan yang tegas dan mobilisasi sumber daya yang terarah.
Ditambah melihat kesuksesan Tiongkok tersertifikasi bebas malaria sejak 2001 dan akan disusul Timor Leste dan Bhutan yang beberapa tahun terakhir tidak ada kasus malaria.
“Ini bukan kemenangan yang berdiri sendiri, ini adalah bukti bahwa pemberantasan dapat dicapai jika kita bertindak dengan persatuan dan tujuan,” kata SBY.
Namun, ayah dari Menko Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono itu menyadari ada tantangan bagi negara-negara Asia Pasifik seperti pendanaan, koordinasi lintas batas, koordinasi pemimpin daerah dan partisipasi.
Catatannya, secara global dunia dihadapkan pada kesenjangan pendanaan sebesar 4,3 miliar dolar AS, dimana untuk Asia Pasifik saja membutuhkan tambahan 478,1 juta dolar AS.
“Angka-angka ini memang signifikan, tetapi bukan berarti mustahil untuk dicapai, karena di samping tantangan-tantangan ini kita melihat kemajuan, ketahanan, dan harapan yang luar biasa,” ucapnya optimistis.
Sebagai mantan presiden, ia mencontohkan Indonesia yang mengalami kemajuan yaitu saat ini lebih dari 400 kabupaten/kota berhasil lepas dari kasus malaria.
Pencapaian ini menurutnya bukan sekadar statistik tetapi hasil kerja keras, meskipun kasus malaria belum hilang di Indonesia dengan rata-rata 500 ribu kasus per tahun yang didominasi 90 persen terpusat di Papua.
Baca juga: Menkes jelaskan Timika dan Keerom contoh pemberian obat malaria massal
Baca juga: Kemenkes kerja sama dengan Papua berantas malaria sampai 2030
Baca juga: Pemkab Badung ajak semua pihak atasi AIDS, TB dan Malaria