Denpasar (ANTARA) - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mendorong pertumbuhan festival-festival film karena dinilai bagian dari upaya memajukan budaya.
Pada penutupan Bali International Film Festival (Balinale) Ke-18 di Denpasar, Sabtu, Fadli Zon melihat besarnya kontribusi sektor perfilman dalam mengenalkan budaya Indonesia.
“Film salah satu wadah untuk memajukan kebudayaan karena banyak unsur budaya atau ekspresi budaya yang ada selain akting. Ada sastra di dalamnya, ada tari-tarian, ada musik, ada kuliner, ini menjadi satu pilihan yang sangat penting untuk pemajuan kebudayaan,” kata Fadli Zon.
Menbud mengatakan sejak awal menjabat, ekosistem film Indonesia dirawat sebab pencapaiannya terbukti seperti dari data penayangan bioskop yang mencapai 81 juta penonton atau 67 persen dari bioskop-bioskop yang ada di Indonesia sepanjang 2024.
Peluang ini dibarengi dengan kemampuan-kemampuan sineas tanah air yang berprestasi bahkan hingga tingkat internasional melalui festival-festival film.
Oleh karena itu, ia mendorong berbagai pihak ikut memajukan dunia perfilman Indonesia seperti Balinale yang digelar atas inisiatif swasta.
“Kami ingin di daerah-daerah juga semakin banyak tumbuh festival-festival film yang bisa mengangkat dan saya kira banyak kehidupan kita juga, yang terpenting membangun jaringan,” ujar Fadli Zon.
Untuk mengenalkan kebudayaan yang terkandung dalam film, menurut dia, yang terpenting membangun jaringan, sehingga karya tersebut dapat menjajaki kancah global.
“Cerita begitu banyak, cerita kita ini luar biasa, karena saya melihat Indonesia ini megadiversity, Indonesia ini keragaman, kekayaan budayanya luar biasa, kalau cerita ini tidak akan habis-habis, terlalu banyak sumber-sumber ceritanya,” kata dia.
Pendiri dan Direktur Festival Balinale Deborah Gabinetti mengatakan sesuai keinginan Kementerian Kebudayaan, tujuan mereka 18 tahun terakhir adalah memperluas kekayaan budaya Indonesia.
“Yang menarik adalah Indonesia sudah memiliki semua seni itu, kalian terlahir dengan semua itu, tugas saya adalah menghadirkan program-program yang mungkin dapat membantu memelihara kreativitas dan peluang tersebut dan membawanya ke panggung internasional,” kata dia.
Deborah memastikan mengajak sineas-sineas internasional mempertimbangkan Indonesia untuk proyek, mempelajari cerita, dan melihat bahwa Indonesia memiliki industri yang layak.
“Indonesia memiliki industri yang layak untuk mendukung produksi besar, kami ingin mendatangkan lebih banyak lagi, kami sedang dalam proyek pengembangan nanti lihat bagaimana kami memperkenalkan Indonesia karena tidak ada tempat lain yang lebih beragam di dunia ini,” ujarnya.
Dalam Balinale Ke-18, panitia menentukan pemenang dari total 72 film dari 32 negara, yaitu kategori dokumenter pendek yaitu Hope oleh Eros Zhao, kategori narasi pendek yaitu The Boy with White Skin oleh Simon Panay dan A Lifelike Fairytale oleh Rinaldas Tomaševičius.
Selanjutnya kategori animasi pendek yaitu Retirement Plan oleh John Kelly dan Crow, Starfish, Unicorn oleh Xiaoxuan Han, kategori dokumenter panjang yaitu Champions of the Golden Valley oleh Ben Sturgulewski, kategori narasi panjang Seeking Haven for Mr Rambo oleh Khaled Mansour, Gary L Hayes Award for Emerging Indonesian Filmmaker kepada film Suintrah oleh sineas Indonesia Ayesha Alma Almera dan Committee Choice Award kepada Ravens oleh Mark Gill.
Baca juga: Menbud: Dua bulan cukup untuk selesaikan penulisan ulang sejarah
Baca juga: Menbud tetapkan 19 April sebagai Hari Keris Nasional
Baca juga: Menbud resmikan transformasi ISI Denpasar menjadi ISI Bali
Baca juga: Menbud ungkap Museum Sarkofagus jadi upaya pelestarian warisan sejarah negeri