Kuta, Bali (ANTARA) - Organisasi nirlaba Australian Council for Educational Research (ACER) Indonesia menekankan pentingnya bukti asesmen yang berkualitas untuk memantau pembelajaran baik di dalam kelas, proyek pendidikan hingga level kebijakan.
“Asesmen itu sangat penting untuk membuat keputusan berdasarkan data, pembuktian dan hasil,” kata Direktur ACER Indonesia Mariam Kartikatresni di sela Konferensi Internasional tentang asesmen dan pembelajaran (ICAL) 2024 di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu.
Menurut dia, pengumpulan bukti atau evidence dari asesmen yang berkualitas memiliki peran penting untuk memastikan kebijakan dan intervensi dilaksanakan atas dasar data yang dapat dipercaya.
Meski begitu, lanjut dia, asesmen bukan merupakan tujuan akhir melainkan sebagai alat ukur sesuai ilmu dengan dilengkapi data akurat.
Ia pun mengharapkan melalui konferensi internasional yang diikuti akademisi, peneliti, lembaga penelitian hingga pemangku kebijakan dari 18 negara itu memberi kontribusi signifikan kepada dunia pendidikan termasuk di Indonesia yang saat ini dalam proses pengembangan sistem pendidikan yang transformasional.
Negara yang hadir itu di antaranya dari Afganistan, Australia, Austria, China, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Mongolia, Nepal, Belanda, Filipina, Afrika Selatan, Thailand, Uni Emirat Arab, Inggris dan Vietnam.
Pertemuan itu menjadi forum yang mendiskusikan hasil riset serta perkembangan terbaru tentang bagaimana asesmen dan pembelajaran yang saling berkaitan dan menjadi modal untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Sementara itu, Ketua Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia Bahrul Hayat menjelaskan asesmen merupakan komponen vital bagi pendidik dan pembuat kebijakan di antaranya untuk menetapkan kriteria sertifikasi murid, memeriksa kesehatan sistem pendidikan dan mengembangkan intervensi kebijakan yang relevan.
“Asesmen komponen penting demi kemajuan pendidikan masing-masing negara,” katanya.
Di sisi lain, Direktur Organisasi PBB Bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO) Institut Statistik Silvia Montoya dalam paparannya juga menyoroti pentingnya kurikulum hijau untuk pendidikan.
Salah satu prosesnya di antaranya membarui data terkait kurikulum menyesuaikan kerangka pertemuan perubahan iklim PBB (COP30) pada 2025.
“Targetnya 90 persen kurikulum hijau 2030,” katanya dalam paparan.