Denpasar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat jasa keuangan dan asuransi menjadi lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi Triwulan II 2024 secara tahunan dan kumulatif.
“Kami lihat terjadi pertumbuhan dari sisi lapangan usaha jasa keuangan yang tinggi, ini perlu dibedah,” kata Statistisi Ahli Madya BPS Bali Kadek Muriadi Wirawan di Denpasar, Senin.
Ia menyebut secara tahunan dari 17 kategori lapangan usaha, jenis jasa keuangan dan asuransi tumbuh 19,38 persen, ini bahkan melampaui kategori akomodasi dan makan minum yang merupakan penyumbang pendapatan tertinggi.
Tak berhenti disana, Kadek Muriadi menilai catatan ini perlu dibedah ke depannya, sebab belum diketahui jasa keuangan yang dimaksud karena pekerjaan yang mendukung produksi atau justru kredit yang bersifat konsumtif.
Kondisi lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi yang mengalami pertumbuhan tertinggi Triwulan II 2024 ini juga melonjak tiba-tiba, sehingga menarik untuk dikaji lebih dalam.
“Ini perlu dibedah lagi, yang jelas kinerjanya lapangan usaha jasa keuangan di triwulan ini tumbuh tinggi, apakah untuk hal produktif atau tidak yang jelas dari nilai tambah yang dihasilkan tertinggi,” kata dia.
Baca juga: BPS jelaskan alasan penurunan kemiskinan di Bali
Secara tahunan, BPS Bali melihat keseluruhan lapangan usaha mengalami pertumbuhan, dimana selain jasa keuangan dan asuransi pertumbuhan tinggi juga dialami akomodasi makan dan minum 12,75 persen, dan pengadaan listrik dan gas 11,35 persen.
Tak hanya di Triwulan II 2024, BPS Bali juga mendata pertumbuhan lapangan usaha secara kumulatif Januari hingga Juni 2024, namun tetap jasa keuangan memimpin pertumbuhan.
“Jasa keuangan dan asuransi tumbuh tertinggi dengan 19,51 persen disusul akomodasi makan dan minum 12,89 persen, dan pengadaan listrik dan gas tercatat sebagai yang ketiga 11,40 persen,” ujarnya.
Meski tumbuh signifikan, lapangan usaha itu nyatanya belum bisa memberi andil PDRB tertinggi, dimana secara kumulatif struktur ekonomi tertinggi masih akomodasi makan dan minum dengan 20,92 persen, pertanian 13,47 persen, dan transportasi pergudangan 10,24 persen.