Denpasar (Antara Bali) - Lapangan usaha informasi dan komunikasi (Infokom) di Bali tumbuh sebesar 3,80 persen selama triwulan I-2015 mampu mendorong pertumbuhan ekonomi setempat sebesar 6,20 persen.
"Lapangan usaha lainnya hanya berkembang 2,01 persen serta jasa kesehatan, kegiatan sosial tumbuh 0,83 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, sejalan dengan ketiga lapangan usaha tersebut, usaha industri manufaktur tumbuh tipis hanya 0,73 persen yang didorong oleh pertumbuhan industri mikro kecil (IMK)
Dengan demikian ekonomi Bali triwulan I-2015 mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) 1,53 persen jika dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Hal itu akibat kontraksi yang cukup dalam dari lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang mencapai 13,68 persen.
Kontraksi terjadi hampir pada seluruh komponen pengeluaran, kecuali pada pengeluaran rumah tangga yang mengalami pertumbuhan sebesar 0,17 persen.
Komponen pengeluaran pemerintah terjadi kontraksi yang signifikan sebesar 56,21 persen dan merupakan komponen yang mengalami kontraksi paling tinggi dibandingkan jenis pengeluaran lainnya.
"Hal itu merupakan suatu yang wajar di mana pada awal tahun anggaran yang mampu diserap cenderung lebih rendah, karena pada awal tahun masih terjadi pembahasan dan pengesahan anggaran pemerintah, sehingga belanja pemerintah belum cukup efektif, " ujarnya.
Panasunan Siregar menambahkan, demikian pula tingginya penyerapan anggaran pada akhir tahun lalu, jika dibandingkan triwulan I-2015 juga menjadi penyebab kontraksi pada komponen pengeluaran pemerintah.
Demikian pula dari sisi penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi regional Bali pada triwulan I-2015, komponen pengeluaran rumah tangga memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 0,09 persen, sehingga mampu menahan terjadinya kontraksi lebih dalam.
Komponen lainnya meliputi perdagangan luar negeri, antar-daerah dan konsumsi pemerintah juga menjadi penyebab kontraksi dengan sumbangan 1,52 persen dan memberikan andil terbesar terhadap terjadinya kontraksi dalam triwulan I-2015. (WDY)