Denpasar (ANTARA) - Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Bali mengarahkan desa wisata untuk memanfaatkan upacara adat dan keagamaan dalam membuat festival.
Ketua Forkom Dewi I Made Mendra Astawa di Denpasar, Senin, mengatakan kegiatan yang berkaitan dengan sejarah dan tradisi di suatu wilayah sangat disukai wisatawan.
Selain itu, menyelipkan kegiatan di tengah upacara adat dan keagamaan lebih mudah dan menekan biaya, juga mengantisipasi masuknya budaya luar jika festival desa wisata hanya mendatangkan hiburan moderen.
“Ya manfaatkan apa yang kita punya, kalau kita membangun event di desa anggaran dan SDM-nya siapa, tapi ketika itu kegiatan keagamaan dan adat yang sudah ada yang dibutuhkan hanya sisi promosi dan siapa yang harus menangani kegiatannya,” kata Mendra.
Baca juga: Forkom Dewi: Desa wisata di Bali butuh pendampingan
Menurut dia wisatawan sangat suka karena event lain hampir sama ceritanya, hanya kuliner, tapi ketika adat yang diceritakan sejarah nyata tidak dibuat-buat, maka wisatawan datang mendapat pengalaman dan belajar dari yang mereka lihat.
Forkom Dewi Bali mencatat sebagian besar dari 238 desa wisata di Pulau Dewata memiliki festival masing-masing, kegiatan rutin ini didorong untuk menarik kedatangan wisatawan, sebab selain mengunjungi kawasan desa wisata juga ada atraksi tambahan yang bisa dinikmati.
Namun, Mendra melihat tidak semua desa wisata bisa mengembangkan festivalnya, sejauh ini hanya desa-desa yang sudah memiliki nama besar yang mendapat banyak perhatian.
Untuk itu, Forkom memberi arahan dan pembinaan agar desa wisata lainnya dapat memanfaatkan potensi budaya masing-masing, seperti di Kabupaten Karangasem, yang memiliki tradisi Usaba Sumbu di mana masyarakat Hindu mempersembahkan ratusan ekor babi yang menarik untuk dijadikan sebuah festival.
Baca juga: 27-28 November, Dewi Bali gagas "Mai Melali" untuk gairahkan wisatawan-desa wisata
“Jadi bisa dibuat semacam tempat khusus penonton melihat warga membawa babi ratusan, disembahyangkan, dan kita ceritakan maknanya.
Membuat event harus betul-betul dari desa, jangan justru memindahkan eventnya ke desa, yang kejadian musik-musik pop luar masuk, kenapa tidak budayanya,” kata Mendra.
Forkom Dewi Bali mendukung program baru Kemenparekraf Senandung Dewi, di mana akan lebih banyak bantuan kepada desa wisata dalam membangun kegiatan, baik bantuan promosi maupun anggaran.
Program tersebut juga dapat memantik semangat desa wisata dalam menggelar kegiatan bertema kearifan lokal yang akhirnya memberi dampak keberlanjutan bagi daerah sendiri.
Forkom Dewi Bali juga sedang merancang program penghargaan kepada desa wisata, di mana desa wisata terbaik adalah desa yang merepresentasikan Bali.
“Salah satu komponen desa wisata award adalah kesenian dan pergelaran berupa event, kalau event saja dibuat nanti Bali kacau balau, yang dipikir cuma keramaian, dan ujung-ujungnya kalau cuma musik, budaya Bali akan hilang,” ujarnya.