Denpasar, 20/2 (Antara) - Pakar biokimia dan biomedis asal Australia Prof Helen Edwards dan Prof Zee Upton mengatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat keempat penderita diabetes terbesar di dunia.
"Diabetes bisa menyebabkan radang kaki yang menjangkiti hampir 25 persen pasien diabetes untuk diamputasi," kata Upton sebagaimana keterangan persnya yang dikirimkan Kedutaan Besar Australia di Jakarta kepada Antara di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, merawat dan mengelola luka dengan menggunakan ilmu pengetahuan mutakhir dapat membantu meningkatkan mutu hidup puluhan ribu pasien diabetes di Indonesia.
Edwards dan Upton datang ke Indonesia untuk menjadi pembicara dalam seminar tentang Inovasi Pengelolaan Luka: Pengembangan Teknologi, Alat Terapi, dan Aplikasi Klinis di Kedubes Australia di Jakarta.
Edwards mengatakan, radang kaki diabetes mempunyai dampak sosial dan ekonomi yang besar terkait dengan peningkatan tingkat rawat inap, biaya perawatan, dan penurunan kemampuan pasien, serta anggota keluarga yang merawatnya.
Ia memaparkan bahwa penyembuhan luka dan jaringan sel yang berhasil masih merupakan salah satu tantangan klinis terbesar pada abad ke-21, mengingat perawatan dan pengelolaan luka menuntut biaya tinggi yang berdampak pada kondisi ekonomi pasien.
"Walaupun ada keperluan yang jelas akan perbaikan pendekatan pada diagnosis, perawatan, pengelolaan, dan pencegahan luka, penelitian dalam penyembuhan luka dan jaringan sel relatif masih kurang berkembang dan belum menerapkan pendekatan-pendekatan bioteknologi modern dan biomaterial yang inovatif atau praktik klinis berdasarkan bukti," katanya.
Upton dikenal secara internasional atas penelitiannya tentang dasar biologis penyembuhan luka, sedangkan Edwards memperoleh pengakuan internasional atas karyanya dalam bidang penuaan, penyakit kronis, dan pengelolaan luka.
Keduanya baru-baru ini berhasil mendirikan Pusat Penelitian Kooperatif Inovasi Pengelolaan Luka di Queensland University of Technology yang menelan dana senilai 110 juta dolar Australia.
Hal itu merupakan prakarsa penelitian luka terbesar secara global dan difokuskan pada pengembangan terapi, diagnosis, dan intervensi klinis dengan mengedepankan efektivitas biaya.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia David Engel merasa bangga bisa menghadirkan dua ilmuwan ternama ke Jakarta itu. "Saya berharap penelitian mereka akan memberikan sumbangsih pada pengembangan praktik pengelolaan luka yang semakin baik di Indonesia dan memperkukuh kerja sama penelitian dengan Australia," katanya. (M038)