Gianyar, Bali (ANTARA) - Turnamen sepak bola muda bertajuk Bangga Merah Putih (Barati) Cup 2024 menyeleksi 2.300 talenta muda kategori usia 12, 13 dan 14 tahun dari 14 provinsi di tanah air untuk dibina dan disiapkan menjadi kader Tim Nasional (Timnas) Indonesia.
“Kami memang butuh generasi baru sepak bola Indonesia yang kualitasnya lebih baik dari sekarang,” kata Direktur Teknis dan Kepala Pencarian Bakat (talent scouting) Barati Mendunia, Indra Sjafri, di Gianyar, Bali, Minggu.
Sebanyak 120 tim dari sekitar 90 sekolah sepak bola (SSB) termasuk satu tim dari Malaysia mengikuti turnamen kedua secara tahunan pada 3-5 Maret 2024 di Pusat Latihan Bali United di Pantai Purnama, Kabupaten Gianyar, Bali.
Pelatih Timnas Indonesia itu menambahkan kriteria seleksi bibit pemain muda itu yakni dengan mencermati kemampuan dalam mengelola bola di lapangan di antaranya kemampuan taktik individu dan tim dan fisik peserta.
Turnamen yang diselenggarakan oleh inkubator bakat sepak bola, Barati Mendunia dengan didukung PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) itu dibagi dalam 240 pertandingan di sembilan lapangan.
Setiap tim di kelompok umur akan bertanding satu sama lain dan dilaksanakan pertandingan dengan sistem gugur untuk menentukan jawara turnamen.
Sementara itu, CEO Barati Mendunia Krisna Wisnu Marsis menambahkan nantinya dipilih total sebanyak 58 orang dari tiga kategori usia tersebut guna menjalani pemusatan latihan lanjutan untuk dikirim sebagai tim mewakili Indonesia dalam kompetisi sepak bola muda dunia atau World Youth Gothia Cup di Swedia pada 14-20 Juli 2024.
Pada pelaksanaan Gothia Cup 2023, tim U12 dan U13 Indonesia mendapatkan juara ketiga dan pada tahun ini turnamen itu memasukkan kategori baru yakni U14.
Selain mengirim bibit muda berbakat ke ajang dunia, lanjut dia, rencananya turnamen itu juga memilih minimal satu orang pelatih yang mendampingi setiap kelompok umur selama berkompetisi tingkat dunia di Gothia Cup Swedia.
“Turnamen ini mencari talenta pemain terbaik yang kami kembangkan menjadi generasi baru pemain sepak bola ke depan,” katanya.
Krisna menambahkan para pencari bibit pemain sepak bola juga dibantu dengan kehadiran teknologi olahraga yakni kamera pemantau atau spiideo dan rompi catapult.
Kamera spiideo yang dipasang di sejumlah titik di lapangan tersebut memantau pergerakan para pemain dan catapult terkoneksi dengan GPS atau satelit yang mengumpulkan hasil berupa data saat pemain bertanding di lapangan di antaranya parameter terkait kondisi pemain dan usaha pemain di lapangan.