Jakarta (ANTARA) -
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan awal pekan, dibuka melemah di tengah proyeksi surplus neraca perdagangan Indonesia.
"Saat ini pergerakan rupiah masih didominasi oleh sentimen global, namun pasar juga menunggu rilis data dari domestik, yaitu neraca perdagangan," kata ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Untuk neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2023, yang juga akan memberikan gambaran perdagangan internasional Indonesia, Rully memperkirakan surplus masih akan tetap solid, meski menurun dibanding November 2023, yaitu sebesar 1,95 miliar dolar AS dari 2,4 miliar dolar AS di November 2023.
Dari sisi global, pasar masih menunggu sinyal dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed), terkait dengan arah kebijakan suku bunga acuan atau Federal Funds Rate (FFR) ke depan.
Untuk perdagangan hari ini, Rully memproyeksikan rentang pergerakan rupiah masih akan relatif tidak terlalu besar, antara Rp15.525 per dolar AS hingga Rp15.575 per dolar AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi turun enam poin atau 0,04 persen menjadi Rp15.556 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.550 per dolar AS.
Baca juga: IHSG BEI pada Senin pagi dibuka menguat 9,40 poin
Baca juga: Harga emas batangan Antam Senin pagi turun Rp1.000 jadi Rp1,130 juta per gram