Jayapura (Antara Bali) - Oyandi art community (OAC) atau sanggar seni Oyandi pada Sabtu sore menggelar pentas musik lagu daerah Papua di pelataran Museum Universitas Cenderawasih, Kota Jayapura.
Ketua sanggar seni Oyandi, Nelius Awaki di Jayapura, Sabtu mengatakan yang meletarbelakangi dan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut di antaranya ingin menggali kembali identitas musik etnik Papua yang pernah populer. Kemudian ingin menghidupkan kembali semangat grup musik Mambesak yang pernah populer pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Menurut Nelius, pada zaman sekarang pemuda-pemudi yang berada di ibu kota Provinsi Papua sudah sangat jarang memutar ataupun mendegarkan lagu-lagu daerah setempat bahkan cenderung lebih menyukai lagu hip-hop, R&B, atau lagu dan musik jenis lainya.
"Anak muda Papua zaman sekarang sudah sangat jarang, bahkan hampir tidak ada yang mau memutar atau mendengarkan tembang daerah, khususnya lagu-lagu etnik Papua. Mungkin juga karena adanya perkembangan teknologi di bidang musik begitu cepat sehingga ini mulai dilupakan," katanya.
Dia mencontohkan pada masa 1970-an dan 1980-an grup musik Mambesak pernah membawakan lagu-lagu daerah asal Papua yang begitu terkenal dan populer, namun kini hal itu tidak pernah terdengar lagi. "Kami mau sampaikan pesan kepada masyarakat Papua, khususnya para kawula muda agar jangan melupakan lagu-lagu daerah masa lalu dan masa kini," katanya.
Apa lagi, kebanyakan anak muda masa kini lebih banyak dengar musik yang lain, perhatian pemerintah juga diraskan kurang maksimal serta sejumlah aktivis LSM lebih mementingkan mengkampanyekan hal lain seperti HIV/AIDS, kampanye sepak bola dan lain-lain. "Kita ingin anak-anak Papua masa kini jangan lupa dengan lagu daerah, yang biasanya disebut lagu kampung," katanya. (LHS/T007)
Pemuda Papua Tinggalkan Musik Etnik
Sabtu, 26 Januari 2013 12:26 WIB