Denpasar (ANTARA) - Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun berpandangan Bali bisa menjadi destinasi wisata kebugaran dengan pengembangan Ethnowellness Nusantara (ETNA) yang dimiliki.
"Terlebih saat ini kita (pemerintah daerah) memang mengembangkan industri pariwisata Bali berbasis kearifan lokal budaya Bali melalui wellness tourims (wisata kebugaran)," kata Tjok Pemayun dalam sarasehan serangkaian Indonesia Wellness Tourism International Festival 2023 di Denpasar, Selasa.
Ethnowellness Nusantara dapat diartikan sebagai sistem kebugaran yang tersebar dalam berbagai kelompok etnik di Nusantara berupa ramuan pijat, urut, olah fisik, maupun olah batin yang dipraktikkan secara turun-temurun dan dimiliki etnik di Nusantara.
ETNA merupakan perpaduan yang menarik antara budaya, kesehatan, dan warisan leluhur yang menjadi pranata kesehatan tradisional
Tjok Bagus meyakini pengembangan ETNA dapat menarik kunjungan wisatawan yang berkualitas dengan length of stay atau lama tinggal yang lebih panjang.
"Dengan didukung kualitas produk dan SDM terbaik akan menjadi magnet terbaik untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Bali," ucapnya.
Sementara, Ketua Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA) Yulia Himawati yang juga Wakil Ketua IWTIF 2023 mengatakan 15 ETNA yang kini dikembangkan, digali dari manuskrip yang ada di keraton maupun di masyarakat.
Sebanyak 15 ETNA yang telah ditemukan di antaranya berasal dari daerah Minang, Batak, Jakarta, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Ambon, Banjar, Dayak, Bugis, Minahasa, Papua, Timor dan Semarang.
Menurut dia, meskipun merawat kebugaran sudah dilakukan oleh para leluhur, tetapi tidak serta merta semuanya bisa digunakan. Perlu sentuhan teknologi masa kini sehingga lebih diterima masyarakat modern.
ETNA, lanjut Yulia, adalah sebuah pranata kesehatan tradisional yang berakar pada kearifan lokal suku-suku bangsa di Indonesia yang khasiatnya telah terbukti membuat bangsa Indonesia menjadi sehat, bugar dan tahan terhadap serangan penyakit.
"Pengetahuan tentang keunggulan ETNA perlu disebarkan terus agar Indonesia menjadi tujuan wisata kebugaran bagi wisatawan berkualitas," katanya.
Sarasehan tersebut juga menghadirkan narasumber tokoh pariwisata Bali sekaligus akademisi Prof Dr I Gde Pitana dan Deklarator MAKN (Majelis Adat Kerajaan Nusantara) Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda.
Dalam paparannya, Gde Pitana menyampaikan permasalahan secara kasat mata di sektor pariwisata dapat dilihat dari keluhan soal sampah, tingkat kriminalitas dan wisatawan yang nakal.
Ia pun banyak mengulas mengenai data-data di sektor pariwisata Bali yang membandingkan kondisi sebelum pandemi COVID-19 dengan saat ini.
Sementara itu, Tini Gorda yang juga keluarga Puri Gede Karangasem mengatakan mendukung dikembangkannya ETNA yang merupakan metode kesehatan tradisional yang bersumber dari kerajaan zaman dulu. ETNA juga menjawab keinginan wisatawan datang ke Bali yang ingin sehat secara holistik.
Tini sebagai generasi penerus Puri Gede Karangasem juga senantiasa membumikan budaya sehat ETNA.
Pada akhir kegiatan sarasehan, diberikan penghargaan kepada Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun, sebagai tokoh Pelestarian ETNA Bali. Juga penghargaan untuk Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda sebagai tokoh Budaya ETNA Bali.
Baca juga: Bali cocok jadi hub guna promosikan Ethnowellness Nusantara
Baca juga: Bali buka layanan kesehatan tradisional guna tarik wisatawan