Denpasar (ANTARA) - Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun berpandangan Bali cocok menjadi hub untuk mempromosikan Ethnowellness Nusantara secara lebih luas kepada wisatawan mancanegara.
"Bali telah menjadi lokomotif pariwisata nasional. Sekitar 40 persen kunjungan wisman ke Indonesia disumbangkan Bali. Bali bisa menjadi hub untuk lebih mengenalkan Ethnowellness Nusantara (ETNA)," kata Tjok Bagus dalam acara sosialisasi ETNA di Denpasar, Selasa.
Ethnowellness Nusantara ini diartikan sebagai sistem kebugaran yang tersebar dalam berbagai kelompok etnik di Nusantara berupa ramuan pijat, urut, olah fisik, maupun olah batin yang dipraktikkan secara turun-temurun dan dimiliki etnik di Nusantara.
Indonesia, lanjut Tjok Bagus, memiliki kekayaan dan keanekaragaman ETNA dengan karakteristiknya masing-masing, termasuk juga Bali.
Baca juga: Dispar Bali ingatkan pelaku wisata cek cuaca sebelum layani turis
"Sekarang wisatawan itu selain mencari rasa aman, nyaman, juga ingin yang sehat dan bugar. Mencari kebugaran dengan ETNA ini," ujar Tjok Bagus.
Menurut dia, ETNA dari daerah lainnya di Tanah Air bisa dikenalkan dari Bali dan untuk mengetahui lebih spesifik bisa datang langsung ke daerah asalnya.
"Wisatawan pasti akan mencari yang asli, walaupun bisa didapatkan dari Bali," ucapnya pada acara yang juga dirangkaikan dengan penyerahan sertifikat bagi 17 peserta ToT ETNA tersebut.
Ethnowellness Nusantara, kata Tjok Bagus, juga menjadi bagian dari health tourism (wisata kesehatan) di Provinsi Bali.
"Health tourism itu ada dua, medical tourism (wisata medis) dan wellness ini. Bali itu brand-nya sudah kuat. Jadi misalnya kalau ingin spa yang terbaik, maka datanglah ke Bali," ucapnya.
Baca juga: Dispar Bali: Tak ada penurunan wisman usai pencabutan bebas visa
Sementara itu, Jajang Gunawijaya selaku Ketua Indonesia Wellness Master Association (IWMA) yang juga Ketua Panitia Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF) mengatakan pihaknya memang menginginkan agar ETNA berkibar dari Bali.
"Bali itu ikon pariwisata Indonesia, tujuan pariwisata dunia, tetapi juga harus menjadi tuan dalam wisata kebugaran ini," ucapnya.
Ia menambahkan, Ethnowellness Nusantara juga akan dipromosikan dalam Indonesia Wellness Tourism International Festival (IWTIF) yang akan digelar September 2023.
Festival serupa telah digelar sejak 2021, namun pada 2021 dan 2022 digelar secara daring karena dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Namun memasuki tahun 2023, pandemi telah berlalu, kami akan gelar secara hibrid yakni online dan offline berupa talkshow dan seminar di Jakarta dan rencananya juga ada sarasehan di Bali dengan menghadirkan berbagai tokoh terkait," ucapnya.
Melalui ajang IWTIF itu juga ingin dipopulerkan ETNA di tataran internasional supaya bisa bersaing dengan industri kebugaran yang sudah mendunia seperti Ayurveda, Thai massage, Swedish massage dan sebagainya.
"Kita punya ETNA yang berakar dari berbagai suku bangsa ada Madura, Sunda, Betawi, Sulawesi Utara dan sebagainya. Oleh karena itu dengan kekayaan budaya ETNA yang kita miliki ini maka seharusnya dapat menjadi tuan di negerinya sendiri," katanya.
Yulia Himawati selaku Ketua Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA) berharap 17 orang trainer Ethnowellness Nusantara yang telah mengikuti ToT agar bisa mentransfer ilmunya kepada para terapis spa di Bali.
"Dengan mengusung terapi tradisional Bali ini diharapkan bisa membuat spa di Bali sebagai tujuan wisata yang berkualitas dan tidak ada lagi stigma negatif tentang spa," katanya.