Denpasar (ANTARA) -
Festival layangan terbesar di Indonesia Bali Kite Internasional Festival kembali dilaksanakan sebagai ajang bertemunya pelayang lintas negara dengan pelayang lokal di Bali untuk berkolaborasi.
"Bali Internasional Kite Festival ini sengaja dipadukan antara yang lokal dan mancanegara agar terjadi akulturasi. Namun demikian, pementasan layangan itu sendiri tidak menghilangkan nilai tradisi karena itu budaya yang mesti dipertahankan unsur tradisionalnya," kata Ketua Harian Pelangi Bali Ida Bagus Sedhawa di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan Bali Kite Internasional Festival yang tahun 2023 ini memasuki usia yang ke-45 sama seperti Pesta Kesenian Bali kembali menyajikan persembahan dari seniman layangan dari berbagai negara dipadukan dengan layangan lokal Bali.
Sampai saat ini, kata dia, sudah ada 17 seniman layangan dari beberapa negara sudah hadir di Bali yang berasal dari Swedia, Jepang, Filipina, Polandia, Australia, Thailand, Singapura, Malaysia dan masih banyak seniman dari negara lain yang juga dikonfirmasi dalam perjalanan menuju Bali.
Baca juga: Bupati serahkan hadiah pemenang "Klungkung Kite's Festival"
Sementara itu, ada 13 kelompok layangan dalam negeri yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara ditambah seniman Bali dipastikan ikut dalam festival tersebut.
Pada tahun sebelumnya, 780 pelayang yang ikut dalam festival tersebut dengan jumlah layang-layang mencapai 800.
Ia mengatakan perpaduan antara layangan tradisional dan lokal bukan dijadikan ajang untuk menunjukkan kelebihan tetapi lebih kepada pertukaran informasi dan perspektif. Menurut dia, para pemuda Bali perlu belajar dari seniman layangan yang sudah mengakomodasi tekhnologi pada festival yang akan digelar pada Jumat 14 hingga Minggu 16 Juli 2023.
"Dari sisi penggunaan teknologi, mereka (orang muda) perlu belajar gunakan teknologi. Tetapi kembalinya kekhasan Bali itu pada daya tarik bermain, unsur komunalnya sangat kuat partisipasi masyarakat yang ikut menonton merupakan sebuah dinamika yang menarik untuk disaksikan," katanya.
Baca juga: Layang-layang Khas Tabanan Siap Ramaikan Langit Bali
Selain ajang untuk berkolaborasi dan saling belajar, kata dia, festival tahun ini juga mengusung tema pemulihan ekonomi. Karena itu, Bali Internasional Kite Festival bisa membangkitkan ekonomi terutama UMKM yang ada di sekitar Pantai Padang Galak, Denpasar.
Karena itu, kata Ida Bagus Sedhawa, dalam penyelenggaraan nanti panitia Pelangi Bali bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali akan bekerja sama dengan UMKM yang ada di Desa Adat Kesiman, Denpasar.
Sementara itu Ketua II Pelangi Bali Kadek Dwi Armika mengatakan Bali Internasional Kite Festival akan menjembatani para pelayang antara yang tradisional dan modern.
"Di Bali satu layang-layang besar diarak oleh puluhan orang. Sementara pelayang modern, satu orang pelayang bisa membawa lebih dari satu layangan," katanya.
Ia berharap Festival layagan itu juga nantinya sebagai ajang sosialisasi bahwa layangan tidak selalu identik dengan pengganggu, tetapi mesti dikembalikan kepada marwahnya bahwa layangan memiliki jiwa seperti keyakinan orang Bali.
"Layangan itu tidak hanya dimainkan oleh anak kecil di ujung seutas tali. Layang miliki taksu, jiwa dari layang-layang," kata Kadek Dwi Armika .
Manajer Komunikasi PT PLN (Persero)Unit Induk Distribusi Bali I Made Arya menyatakan mendukung Festival tersebut sebagai media kampanye bagi masyarakat untuk bermain layangan secara bijaksana.
"Kami tidak punya wewenang untuk melarang. Kami mendukung Pelangi Bali berkolaborasi membuat wadah. Kita berharap masyarakat bisa bermain layangan di tempat yang aman; aman buat pemain aman buat jaringan PLN," kata dia.
Masyarakat juga diharapkan bermain layang-layang tidak sampai mengganggu jaringan kelistrikan.
"PLN sahabat layangan. Budaya tetap jalan, keselamatan orang banyak juga sangat penting," demikian I Made Arya.