Denpasar (ANTARA) - Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara menyatakan penyelenggaraan Denpasar Kite Festival IX 2025 yang digelar Persatuan Pelayang Indonesia (Pelangi) Denpasar di Kawasan Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar, Minggu, sebagai upaya pelestarian kesenian tradisi melayangan.
Dia mengatakan kegiatan rutin tahunan Pelangi Kota Denpasar itu diharapkan mampu mendukung pelestarian kesenian tradisi melayangan.
Jaya Negara menegaskan dirinya selaku pribadi dan Wali Kota Denpasar terus berkomitmen untuk melestarikan tradisi melayangan.
Hal tersebut, selain menjadi sebuah kreativitas, juga menjadi wahana hiburan serta atraksi budaya yang mendukung keberlangsungan pariwisata di Bali, khususnya Kota Denpasar.
Wali Kota menjelaskan pihaknya mendukung dan memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan ini sebagai wahana ekspresi dan kreativitas budaya bagi pelayang yang dikenal dengan rare angon.
"Hal ini karena layang-layang tradisional merupakan salah satu potensi budaya masyarakat yang memiliki ciri dan keunikan tersendiri, dan mendorong munculnya kreativitas, serta inovasi baru yang muaranya adalah kelestarian budaya serta mendukung kemajuan pariwisata berbasis budaya,” ujar Jaya Negara.
Pembukaan kegiatan rutin tahunan untuk mewadahi kreativitas budaya bagi para pelayang atau rare angon ini ditandai dengan penarikan layang-layang Maskot Pelangi Kota Denpasar.
Usai membuka acara secara resmi, Wali Kota Jaya Negara tampak menyaksikan pelaksanaan lomba yang diawali dengan seri Layangan Tradisional Pecukan Plastik dan dilanjutkan dengan seri Layangan Tradisional Bebean Plastik, serta Layangan Tradisional Janggan Buntut Plastik.
Ketua Pelangi Kota Denpasar I Wayan Mariyana Wandhira menjelaskan lomba layang-layang Denpasar Kite Festival IX Tahun 2025 ini mengambil tema Ambeking Paramartha, yang bermakna Tuhan sebagai angin memberikan kekuatan.
Tema ini dipilih dalam upaya memaknai semangat menyama beraya bagi para pelayang, khususnya dan masyarakat pada umumnya menjalankan segala aktivitas.
“Pelaksanaan kegiatan ini merupakan wahana untuk memberi ruang gerak kepada para pelayang agar dalam bermain layangan penuh dengan rasa tanggung jawab, dan meningkatkan rasa kebersamaan diantara generasi muda dan masyarakat pelayang,” ujarnya.
Lomba kali ini, kata Wandhira, menghadirkan kategori remaja dan dewasa dengan beragam jenis layangan tradisional dan kreasi baru, yakni Layangan Tradisional Bebean, Bebean Big Size, Janggan, Janggan Buntut, Janggan Buntut Big Size, dan Pecukan.
Khusus untuk layangan tradisional diwajibkan menggunakan kain dengan corak warna Bali, yakni merah, kuning, hitam dan putih. Selain lomba layang-layang, juga dilaksanakan Lomba Kober dan Lomba Pindekan.
“Peserta tahun ini berasal dari sekaa/klub dan pribadi sebanyak 1.410 lebih layangan dari jenis tradisional dan kreasi. Untuk peserta lomba pindekan sebanyak 43 pindekan dan lomba kober sebanyak 6 kober," kata dia.
Baca juga: Pemkot Denpasar: Pitiek Kite Festival ajang pelestarian budaya Bali
Baca juga: Pemkot Denpasar targetkan Festival Layangan gaet banyak peserta asing
Baca juga: Wali Kota Denpasar: Festival layang-layang pemantik kunjungan turis
Baca juga: PLN dukung pelaksanaan Bali Internasional Kite Festival
Baca juga: Bali Kite Internasional Festival pertemukan pelayang lokal dan internasional
