Jakarta (ANTARA) -
Dadang mengatakan Muhammadiyah sudah kenyang pengalaman diperlakukan negatif atau buruk seperti itu sepanjang perjalanan sejarahnya hingga kini.
Baca juga: Kepala BRIN: Proses etik akan digelar jika penelitinya terbukti ancam warga Muhammadiyah
"Dulu ketika Kyai Ahmad Dahlan memelopori arah kiblat yang benar secara syariat dan ilmu disikapi serupa, dituding kafir, dan dirobohkan masjid yang dibangunnya di Kauman. Kini perangai serupa tertuju ke Muhammadiyah oleh orang-orang yang boleh jadi berilmu, mungkin karena merasa benar sendiri atau memang bersikap kerdil yang tentu tak sejalan dengan khazanah dunia ilmu dan akhlak Islam," kata Dadang.
Dadang mengajak kepada para pihak yang tak sejalan dengan pandangan keislaman Muhammadiyah agar mengedepankan akal sehat, sikap ilmiah yang objektif, dan keluhuran adab Islam layaknya orang beragama dan berilmu.
Apalagi sejumlah pihak saat ini terus menggaungkan moderasi dan toleransi dalam beragama dan berbangsa, maka nilai-nilai tersebut harus dibuktikan.
"Muhammadiyah secara organisasi tetap elegan dalam menyikapi sikap maupun pernyataan negatif seputar perbedaan Idul Fitri karena sudah biasa dan terbiasa," katanya.
Dadang mendorong warga Muhammadiyah agar tetap berpikir dengan mengedepankan keadaban, ilmu, pemikiran, serta sikap luhur, dalam menghadapi suatu masalah.
"Bila dari pernyataan-pernyataan buruk orang-orang itu terhadap Muhammadiyah ada yang sudah melewati batas dan dapat masuk ke ranah hukum, tentu jalan hukum itu selalu terbuka untuk dilakukan, sejalan dengan koridor yang dijamin konstitusi dan terhormat dalam berbangsa," katanya.