Denpasar (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mengajak simpul-simpul organisasi perempuan di Provinsi Bali untuk bersama-sama menumbuhkan kesadaran melawan segala bentuk paham propaganda radikalisme dan terorisme.
"Perempuan harus mawas diri agar tidak terperangkap masuk jaringan pelaku ataupun korban atas aksi terorisme. Penanggulangan terorisme tidak bisa dilakukan oleh aparat keamanan semata," kata Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Prof. Irfan Idris di Denpasar, Rabu.
Irfan menyampaikan hal tersebut dalam acara yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali bertajuk "Perempuan Teladan Optimis dan Produktif (TOP) Cerdas Digital Satukan Bangsa" di Gedung Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Selain diikuti unsur Forkopimda Bali, kegiatan itu juga melibatkan perwakilan perempuan dari unsur pemerintahan, ormas, perempuan lintas agama, pihak swasta, dan organisasi lainnya.
Baca juga: Pengamat: G20 aman dari narasi radikalisme gambarkan masyarakat cerdas
Menurut dia, kunci penanaman karakter dan jati diri seorang anak banyak bertumpu pada peran perempuan. Perempuan berperan penting menjadi salah satu benteng dari pengaruh dan paham radikalisme yang saat ini mulai menyasar anak usia dini.
Irfan mencontohkan ada anak kecil di salah satu kota besar di Indonesia yang sampai tidak mau masuk mal dan mengatakan bahwa mal tersebut dibuat oleh orang kafir.
"Ini masih anak-anak sudah ditanamkan model-model seperti itu," ucapnya.
Oleh karena itu, lanjut Irfan, diperlukan penanaman nilai kebangsaan, wawasan keagamaan, dan nilai kearifan lokal, mulai dari dalam lingkungan keluarga dan terutamanya hal ini memerlukan peran perempuan.
"Keluarga sangat efektif sebagai filter dalam menangkal penyebaran radikalisme dan terorisme. Terorisme telah menjadi kejahatan luar biasa, selain juga korupsi dan penyalahgunaan narkoba. Seluruh elemen masyarakat harus bersinergi. Terorisme merupakan musuh bersama," ujarnya.
Baca juga: BNPT bersama TNI-Polri perkuat sinergi cegah teror jelang KTT G20
Irfan menambahkan sinergi tidak hanya antara aparatur keamanan, namun juga dengan kelompok masyarakat tanpa terkecuali karena bahaya terorisme menyasar tanpa memandang pangkat, jabatan, status sosial, suku, ras, dan agama.
Kini pada era digital, ancaman radikalisme dan terorisme juga menjadi kian mudah masuk melalui berbagai sosial media.
Oleh karena itu, Irfan mengajak tokoh-tokoh perempuan Bali agar tidak mudah menyebar atau membagikan informasi tanpa terlebih dahulu menyaringnya.
"Perempuan dan anak-anak saat ini tidak hanya mudah terpapar untuk perekrutan kelompok radikal dan teroris, namun juga perempuan dengan militansi yang kuat juga telah terlibat aktif untuk pendanaannya," kata Irfan.
Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Provinsi Bali I Gede Indra Dewa Putra mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat menyaksikan aksi terorisme yang menempatkan perempuan sebagai pelaku teror.
"Selain pertimbangan taktis, perempuan juga memiliki fungsi strategis sehingga potensial dimanfaatkan kelompok ekstrimis," ujarnya.
Menurut Indra, kegiatan kali ini sangat tepat dilaksanakan sebagai edukasi dan refleksi untuk menciptakan resiliensi agar para perempuan Indonesia memiliki kekebalan tinggi dari penetrasi radikalisme.
"Perlu adanya perempuan yang memiliki kecakapan digital sebagai upaya pencegahan perkembangan radikalisme dan terorisme. Memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya para perempuan melalui transformasi pengetahuan, adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah berkembangnya radikalisme dan terorisme," ujarnya.
Gede Indra menegaskan pencegahan radikalisme dan terorisme di masyarakat ini tidak saja menjadi kewajiban pemerintah beserta jajarannya, namun dibutuhkan keterlibatan masyarakat secara semesta.
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Agung Sudarsana berharap dengan kegiatan tersebut dapat tersosialisasi berbagai upaya pencegahan propaganda radikalisme dan terorisme kepada publik melalui tokoh-tokoh perempuan.
"Kami harapkan kaum perempuan dapat mengedukasi upaya pencegahan agar tidak mudah terpapar radikalisme dan terorisme, mulai dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Tentu dengan kegiatan ini kami harapkan daya tangkal kaum perempuan dapat meningkat," ujarnya.
Direktur Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Linawati dalam sambutannya mengatakan kaum perempuan pada era digital saat ini justru lebih cepat membagikan informasi yang diterima tanpa terlebih dahulu menyaring benar tidaknya informasi yang didapat.
"Kalau kita tidak cerdas untuk menyaring informasi, ini akan sangat berbahaya. Mudah-mudahan dengan kegiatan ini dapat memberikan pemahaman kepada kita bersama sehingga bisa memberikan informasi yang mencerdaskan bagi lingkungan di sekitar kita," ucapnya.