Denpasar (Antara Bali) - Guru besar Universitas Udayana Prof I Wayan Windia berpendapat nilai-nilai budaya dan kearifan lokal di sebagian besar daerah di Indonesia merupakan salah satu strategi untuk mencegah dan menangkal radikalisme dan terorisme.
"Masalahnya bangsa Indonesia belum maksimal memecahkan masalah sosial dan kuktural sehingga kearifan lokal belum mendapat perhatian dengan baik," katanya pada acara Sosialisasi Pencegahan Terorisme di Sanur, Denpasar, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa peraturan perundang-undangan di Indonesia selama ini sangat banyak, baik yang dikeluarkan pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota namun belum mampu melindungi dan melelihara kebudayaan dan kearifan lokal.
"Konsep radikal muncul dari pikiran setiap otak di kepala-kepala orang yang berhadapan dengan hati nurani masing-masing," ujar Ketua Badan Penjaminan Mutu Unud itu.
Menurut Windia, jika budaya dan kearifan lokal itu dapat terpelihara dengan baik, maka radikalisme dan terorisme dapat dihindari dan ditekan sekecil mungkin.
"Budaya dan kearifan lokal juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan lingkungannya, terutama Bali sebagai daerah tujuan wisata," ujar Prof Windia.
Prof Windia mengingatkan, pariwisata Bali berkembang pesat yang harus mengorbankan sektor-sektor lainnya termasuk bidang pertanian.
Hal itu terlihat investasi pembangunan di Bali 97 persen di antaranya untuk sektor pariwisata, sedangkan bidang pertanian hanya 0,5 persen.
"Kondisi demikian itu menimbulkan friksi-friksi akibat bertentangan dengan hati nurani rakyat," tutur Prof Windia.
Rasa ketidakpuasan masyarakat, khususnya kalangan petani serta tidak meratanya tingkat kesejahteraan masyarakat itu bisa menjadi potensi radikal dan terorisme.
"Semua itu perlu diantipasi dalam menjaga dan memelihara stabilitas keamanan yang selama ini mantap di Pulau Dewata," ujar Windia berharap. (WRA)