Gianyar (Antara Bali) - Museum Gajah di Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali, memiliki koleksi aneka kerajinan dari tulang dan gading gajah buatan abad 17 dan 18, yang merupakan buah karya suku Asia hingga Afrika.
Manager Museum Gajah Dedy Ramlan ketika ditemui di Tegalalang, Gianyar, Kamis menyebutkan, pengunjung diberikan kesempatan melihat secara langsung aneka koleksi benda-benda kerajinan yang kini dilindungi undang-undang tersebut.
"Kami juga membolehkan pengunjung melihat langsung gading gajah mammoth berusia 20 ribu tahun yang ditemukan di Alaska, Amerika Serikat dan Siberia, Rusia," katanya.
Tak hanya gading gajah purba mammot, pengunjung juga bisa melihat fosil gigi gajah purba mammoth dan sisa-sisa rambut mammoth.
Menurut Dedy, selain bisa melihat fosil gajah purba mammoth yang hidup sekitar 20 ribu tahun lalu, pengunjung juga bisa melihat sisa fosil nenek moyang seukuran sapi atau gajah "Palaeomastodon" yang hidup sekitar lima juta tahun lalu.
Fosil "Palaeomastodon" yang dipamerkan di museum ini ditemukan di wilayah Jawa Timur beberapa tahun yang lalu. "Di museum ini para pengunjung bisa melihat sejarah perjalanan hidup mamalia gajah mulai 50 juta tahun lalu hingga gajah yang hidup di masa sekarang," jelasnya.
Tak kalah serunya, sambung Dedy, pengunjung juga dapat melihat gambar nenek moyang gajah seukuran babi dewasa yang disebut "moeritherium" (hidup 50 juta tahun lalu).
Untuk bisa masuk ke museum ini, pengunjung anak-anak dikenakan tiket masuk Rp35 ribu, sementara pengunjung dewasa membayar Rp95 ribu.
Sementara Freya, turis asal Australia yang berkunjung ke museum itu, mengaku sangat senang berkesempatan mengunjungi Museum Gajah yang banyak menyimpan koleksi benda purba, seperti dari gading gajah.
"Saya bisa menambah wawasan tentang gajah yang kini habitatnya semakin terusik oleh kepentingan manusia. Pengungkapan sejarah gajah akan bisa mendukung upaya mempertahankan habitat gajah," komentarnya. (*)