Jakarta (Antara Bali) - Sebagai ilmuwan dan peneliti di bidang pangan dan gizi, menelusuri sumber pangan di daerah kemudian menganalisis kandungan gizi serta menghubungkan keterkaitan dengan kesehatan merupakan hal selayaknya dilakukan.
Begitu juga Prof Dr Ahmad Sulaeman yang menelusuri sumber pangan lokal di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pekan lalu. Secara detail dia mengamati sumber pangan lokal, mencicipinya lalu menyampaikan kandungan gizinya.
Dia juga menyatakan, di tengah keterbatasan dan kondisi tanah yang tandus dan berkapur, masyarakat Gunung Kidul berhasil keluar dari kesulitan pangan. Masyarakat setempat piawai mengelola alam dan pintar mengolah sumber pangan lokal, walaupun bahan bakunya hanya singkong atau talas.
"Di balik kondisi tanah yang berbatu-batu Gunung Kidul menyimpan potensi pangan dan kuliner yang luar biasa serta unik," katanya dalam "Jelajah Gizi" yang diselenggarakan PT Sarihusada.
Gunung Kidul yang selama ini dikenal sebagai daerah gersang dan kurang air, kini relatif hijau dengan pohon jati, buah-buahan dan taman pangan lahan kering, seperti padi gogo, singkong dan talas sehingga mempunyai aneka sumber pangan alternatif.
"Penduduk mampu dan kreatif memanfaatkan sumber daya pangan alternatif tersebut," katanya.
Ketertarikan dan komitmennya dalam mendorong pengembangan sumber pangan lokal telah memicu semangat untuk terus meneliti. Dia pun dinobatkan menjadi guru besar di bidang pangan dan gizi.
Sehari-hari dia di Department of Community Nutrition - Faculty of Human Ecology, Bogor Agricultural University (IPB) Indonesia and Researcher at the Center for Tropical Horticultural Study/Center for Tropical Fruit Study IPB.
"Pangan lokal tersebut telah terbukti mampu mencegah penduduk dari kerawanan pangan dan gizi serta menjaga kesehatan penduduk Gunung Kidul," kata dia.
Pangan alternatif tersebut juga mengandung komponen gizi dan nutraceutical yang bermanfaat bagi kesehatan dan membentuk karakter seperti apa orang Gunung Kidul tersebut.
Jadi, kalau masyarakat kreatif, mau kerja keras, tekun dan sabar, tidak akan ada kerawanan pangan karena alam--betapapun gersang dan tandus--bisa diolah untuk menghasilkan sumber pangan yang mengenyangkan dan bergizi, ujarnya.(*/T007)
Pangan Lokal Di Mata Prof Sulaeman
Senin, 5 November 2012 19:15 WIB