Singaraja, Buleleng (ANTARA) - Penjabat Bupati Buleleng, Bali, Ketut Lihadnyana menilai Gerakan Pembumian Pancasila di wilayah tersebut patut didukung untuj menangkal paham radikalisme dan intoleransi.
"Ada sebuah degradasi nilai Pancasila yang kita rasakan. Khususnya di Bali, degradasi pada nilai adat, budaya dan agama, pluralisme dari semua komponen masyarakat itu sebuah pengejawantahan dari nilai Pancasila," katanya di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Kamis.
Ia mengatakan, kedepan sangat diperlukan sebuah organisasi penggerak untuk menggaungkan dan membumikan nilai-nilai pancasila di masyarakat. Menurutnya, Gerakan Pembumian Pancasila (GPP) merupakan organisasi independen dan nirlaba.
Gerakan itu memiliki misi utama membantu pemerintah dan masyarakat dalam merawat dan membumikan Pancasila, serta mewujudkan masyarakat bangsa yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian di bidang kebudayaan, dan membangun karakter personal dan bangsa.
"Sekarang ini, kita tidak memungkiri bahwa masuk pada sebuah proses politik. Ini perlu sebuah kehati-hatian dari kita, dan terus menggaungkan nilai pancasila, agar pemimpin kedepan benar-benar mampu menjalankan nilai luhur Pancasila di tatanan kehidupan bermasyarakat, berpolitik, dan berkebangsaan," jelasnya.
Ia menyatakan nilai marheinisme itu mutlak diperlukan bagi seorang pemimpin. Karena didalamnya mengandung makna lebih memperhatikan kebawah dari pada keatas.
"Artinya selalu memperhatikan rakyat kecil untuk membangun sebuah kesejahteraan pada kehidupan masyarakat. Itu merupakan esensi sederhana yang bisa dilakukan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila," katanya.
Nilai itu dilakukan sejak menjabat bupati, pihaknya tidak pernah membedakan seluruh staf ataupun pejabat. "Saya berpesan, paling tidak mari kita implementasikan nilai Pancasila dari diri kita, kemudian keluarga, rekan kerja, hingga nanti ke masyarakat. Setiap hari kita harus gaungkan nilai-nilai Pancasila," imbuh Lihadnyana.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GPP, Antonius Manurung mengungkapkan GPP lahir sebagai antitesis atas deidiologisasi yang melakukan upaya penetrasi dan infiltrasi di bumi nusantara.
Rakernas ke-IV menjadi penting untuk menentukan pilihan politik kebangsaan yang bernafaskan ideologi Pancasila. GPP juga telah melaksanakan program pembangunan karakter untuk para pelajar mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Pihaknya melakukan hal itu karena mengkhawatirkan pengaruh paham lain diluar nilai Pancasila masuk ke dalam kehidupan generasi muda. "Sejak dini generasi bangsa harus diajarkan tentang nilai-nilai luhur pancasila. Hanya dengan cara seperti itu pancasila bisa menjadi jati diri," katanya.