Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster mendorong pelaku usaha mulai menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap yang ramah lingkungan.
Hal ini disampaikan Koster saat menghadiri peresmian penggunaan PLTS atap di Hotel Anvaya Beach, di mana hal ini kali kedua ia mendatangi pelaku-pelaku usaha yang mau memulai menggunakan energi terbarukan.
“Jadi ini bagus sekali, saya senang dan mudah-mudahan ini juga akan menggerakkan hotel-hotel lain dan pelaku usaha lain untuk melakukan hal yang sama,” kata dia di Denpasar, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa Bali memiliki potensi besar dalam pemanfaatan PLTS atap, sebab secara geografis berada di garis khatulistiwa.
Hal itu, katanya, memungkinkan pengguna PLTS atap memperoleh sinar matahari cukup banyak dalam setahun.
“Jadi ini sumber energi yang tidak mengeksploitasi alam, kan luar biasa, selain itu murah dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Jika pelaku usaha di Bali memanfaatkan energi terbarukan, katanya, maka sudah mengimplementasikan Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih dan Surat Edaran Gubernur Bali No 5 Tahun 2022 tentang Pemanfaatan PLTS Atap.
“Ini penting untuk kita laksanakan secara bersama-sama, selain karena kita memerlukan kehidupan dengan ekosistem yang sehat dan berkualitas, citra pariwisata Bali di mata dunia juga akan naik,” kata orang nomor 1 di Pemprov Bali itu.
Selain hotel, sebelumnya rombongan Gubernur Bali juga mendatangi peresmian PLTS atap milik pelaku usaha PT Hatten Bali yang di tempat itu tidak hanya pemanfaatan energi terbarukan, namun juga memberi solusi penanganan sampah melalui teba moderen.
Upaya pelaku usaha ini sejalan dengan program Pemprov Bali yang ingin Bali bersih dari sampah plastik sesuai Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2025.
Wayan Koster mengatakan pada periode keduanya memimpin daerah setempat akan mengebut pelaksanaan program yang berkaitan dengan lingkungan ini, di mana pelaku usaha menjadi salah satu subjek yang disasar demi kelangsungan ekonomi dan pariwisata Bali.
“Periode ini akan saya kebut baik penanganan sampah dari hulu dan hilir, pengolahan sampah berbasis sumber, pelarangan penggunaan bahan plastik, hingga penggunaan energi baru terbarukan, periode pertama terhalang pandemi COVID-19 sehingga program-program tersebut tidak berjalan maksimal,” kata dia.
Baca juga: Pemprov Bali tolak pasokan energi dari luar agar fokus PLTS atap
Baca juga: Kemandirian energi bersih di "Telur Emas" Nusa Penida