Denpasar (Antara Bali) - Asosiasi Internasional Taman Perdamaian Bali (BPPAI), satu badan nirlaba pembangunan taman promosi perdamaian dan antikekerasan internasional dari Australia di Bali, mendapat dukungan nyata dari Pemerintah Australia berupa penghargaan "Deductible Gift Recipient".
Salah satu pendukung organisasi nirlaba yang berkomitmen mendirikan Taman Perdamaian Bali itu, Gilda Sagrado, kepada ANTARA di Denpasar, Selasa menyatakan, "Ini seperti hadiah Natal bagi kami. Hal ini adalah kelanjutan dari usaha yang dilakukan oleh asosiasi yang sangat didukung Menteri Luar Negeri Australia, Stephen Smith."
Menurut Gilda, pemberian penghargaan itu memberikan jalan bagi perusahaan-perusahaan di Australia dan juga masyarakat untuk memberikan donasi kepada Proyek Taman Perdamaian Bali. Hal itu memungkinkan mereka untuk mengklaim donasi itu sebagai hadiah, yang bisa dipakai untuk mengurangi pajak.
Dia menyatakan, ini adalah kunci awal untuk proyek agar bisa terus maju dan membuat proyek tersebut selesai pada October 2010. BPPAI telah bekerja sama dengan baik dengan Pemerintah Australia dan Indonesia untuk memastikan proyek bisa berlanjut.
Taman Perdamaian Bali, menurut rencana akan didirikan tepat di bekas lokasi Bom Bali I, di Sari Club, Kuta, Kabupaten Badung. Aksi teror yang dilakukan kawanan Amrozi dan Imam Samudra pada 2002 itu, menimbulkan korban ratusan orang tewas seketika dan kebanyakan adalah warga negara Australia yang sedang berlibur di Bali.
Organisasi untuk mewadahi pendirian taman itu dibentuk 18 bulan lalu di Australia, dengan visi menciptakan taman spiritual dan museum di atas tanah Sari Club. Proyek ini juga bertujuan menciptakan tempat yang damai untuk orang-orang membantu membangun masa depan tanpa rasa takut dengan mempromosikan toleransi, pengertian dan kebersamaan bagi generasi yang akan datang.
Asosiasi ini didukung banyak pihak, di antaranya Gubernur Bali Made Pastika, Bupati Badung AA Gede Agung, ditambah sejumlah asosiasi perhotelan di Bali. Asosiasi perhotelan di Bali ini percaya pendirian Taman Perdamaian Bali juga bisa mempromosikan pariwisata di Bali.
Akan tetapi, rencana pendirian Taman Perdamaian Bali di lahan eks Sari Club itu mendapat ganjalan dari pemilik lahan yang tetap bersikukuh meminta harga sangat tinggi, yang dikabarkan di atas Rp1,5 miliar per are (100 meter persegi). Yang juga cukup ironis adalah identitas pemilik sejati lahan yang dihargakan di atas Rp15 juta semeter persegi itu, tidak diketahui secara persis.
Pastika, beberapa saat lalu juga telah mengimbau agar lahan itu jangan dihargakan terlalu mahal dengan motivasi pragmatisme bisnis semata, sesuatu yang belakangan ini semakin lumrah terjadi sebagai akibat ikutan dari perkembangan pariwisata internasional di Bali. Salah satu alasannya adalah pendirian Taman Perdamaian Bali itu bukan untuk tujuan bisnis.
Sementara itu, juru bicara dari orang-orang yang selamat eks korban Bom Bali I dan II, Phil Britten, secara terpisah, mengatakan, "Kami sangat senang atas dukungan dan kerja sama dari Pemerintah Austalia untuk Taman Perdamaian Bali ini. Ini adalah proyek penting untuk Indonesia, Australia, dan juga orang-orang yang terkena dampak akibat bom pada tahun 2002 dan 2005, serta masyarakat umum."
"Jika semuanya berjalan baik, taman ini bisa menjadi satu alat untuk mendidik generasi selanjutnya tentang bahaya aksi terorisme di dunia, dan akibat buruk yang berkelanjutan terhadap masyarakat," kata Britten.
Untuk membantu pengumpulan dana, mereka berencana akan menggelar program amal yang diadakan di Perth. Program ini dilakukan orang-orang yang selamat dari aksi Bom Bali I dan II, saudara mereka, teman mereka dan dukungan oleh Indonesia, Australia, Inggris, dan negara-negara lainnya.
Menurut Britten, kesuksesan proyek Taman Perdamaian Bali sangat bersandar pada donasi dan sponsor. "Untuk membantu atau menyumbang terhadap proyek ini silakan kunjungi halaman 'How to Help' pada situs www.balipeacepark.com.au. Kami sangat terbuka atas partisipasi masyarakat," katanya. (*)
BPPAI Dapat Dukungan Nyata Pemerintah Australia
Selasa, 22 Desember 2009 13:16 WIB