Gianyar (ANTARA) - Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana mengapresiasi para siswa SMPN 1 Ubud yang dinilai tidak melupakan akar tradisi di bidang seni-budaya Bali seperti tabuh, tari, wirama, dan nyanyian lagu Bali, meskipun mereka berada dalam era teknologi dan dituntut penguasaan bahasa asing.
"Siswa juga dilatih dalam hal inovasi dan entrepreneurship serta diberi tanggung jawab menjaga lingkungan dengan berbagai produk ramah lingkungan yang digunakan di lingkungan sekolah," kata Ari saat memberikan sambutan pada HUT ke 60 SMPN 1 Ubud, Gianyar, Bali, Rabu.
Ari yang juga merupakan alumni SMPN 1 Ubud yang lulus tahun 1987 dihadiahi lukisan foto dirinya oleh salah seorang siswa bernama Ni Kadek Kiara Pratista dalam acara yang dihadiri Kepala Sekolah Ni Made Irma Wulandari, Ketua Komite Sekolah Prof Dr Tjokorde Gde Raka Sukawati, dan perwakilan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar.
“Saya gembira pada perayaan HUT tahun ini dimeriahkan dengan pameran anak-anak SMP dengan mengusung semangat kewirausahaan (entrepreuneurship). Mereka disiapkan menjadi entrepreneur yang siap dengan inovasi dan kreativitas. Selain itu anak-anak juga diajak peduli lingkungan dengan tampilan produk-produk green school seperti eco-enzim dan juga hidroponik,” tutur Ari.
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud gelar Pentas Tari Nyapuh Tirah Campuhan
Menurut Ari, meskipun para siswa SMPN 1 Ubud anak-anak zaman sekarang, mereka tidak melupakan akar tradisi. Mereka menunjukkan talenta yang mengagumkan di bidang seni-budaya Bali, yakni tabuh, tari, wirama dan nyanyian lagu Bali.
Hal itu dinilai tepat, menurut Ari, karena para siswa harus berakar pada budaya tanpa kehilangan kemampuan untuk adaptif dengan teknologi dan juga penguasaan bahasa asing (Inggris dan Jepang).
“Tadi, ada satu anak yang tampil dengan story telling berbahasa Inggris yang sangat lancar, menceritakan tentang kisah Calonarang. Luar biasa,” kata Ari dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga: 24-28 Agustus, Ubud & Beyond Festival digelar guna dukung seniman bangkit
Ari menilai, perjalanan SMPN 1 Ubud yang telah menginjakkan kakinya di umur yang ke-60 telah membuahkan hasil. Menurutnya, hal ini tidak lepas dari peran Raja Bethara Tjokorda Gede Agung Sukawati yang meletakkan pondasi kokoh bagi kemajuan masyarakat Ubud dengan mendirikan SMP Negeri, klinik kesehatan dan juga museum Puri Lukisan Ubud, 60 tahun yang lalu.
Sekarang, hasil dari pemikiran visioner para pendiri SMP Ubud mulai terlihat banyak alumni yang menjadi seniman, guru besar, pemangku, pengusaha, hingga pejabat publik.
“Tantangan pohon yang berumur 60 tahun adalah peremajaan diri. Harus ada upaya meremajakan diri secara terus menerus agar tetap mampu menghadapi tantangan zaman. Kemajuan tidak mungkin tanpa inovasi, tanpa penggerak. Semangat merdeka belajar yang didorong oleh Mas Menteri Nadiem (MendikbudRistekDikti) telah menghasilkan kepala sekolah dan guru penggerak yang membawa angin perubahan. Penggerak yang terus membuka ruang anak-anak untuk belajar tentang apa saja, pada siapa saja, dan kapan saja,” ujar Ari.