Badung, Bali (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan sebanyak 276 juta orang di dunia menghadapi kerawanan pangan akut saat ini, meningkat dua kali lipat sejak 2019 sebelum pandemi COVID-19 yakni 135 juta orang, berdasarkan catatan Program Pangan Dunia.
"Ada urgensi dimana krisis pangan harus ditangani," ujar Sri Mulyani dalam Pembukaan Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (3rd FMCBG) G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali.
Bank Dunia, kata dia, memperkirakan harga minyak mentah naik 350 persen dari April 2020 hingga April 2022.Peningkatan ini merupakan yang terbesar untuk periode dua tahun sejak 1997.
Ia menjelaskan peningkatan risiko keamanan pangan yang mengkhawatirkan merupakan dampak perang di Ukraina dan sanksinya, serta pembatasan ekspor yang memperburuk dampak pandemi sehingga telah mendorong harga pangan mencapai rekor tertinggi.
Baca juga: Sri Mulyani : RI peringkat ke-14 dari 15 negara di Asia terancam resesi ekonomi
Peningkatan harga pangan mendorong tambahan jutaan orang ke dalam keadaan kerawanan pangan. Oleh karenanya, terdapat urgensi dimana krisis pangan harus ditangani.
Menurut Sri Mulyani, penyebaran mekanisme pembiayaan yang lebih tersedia segera diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial.
Selain itu, kebijakan ekonomi makro yang baik juga menjadi penting secara fundamental, karena telah membantu banyak negara dalam menghadapi krisis.
Tak hanya pangan, komoditas yang sangat penting dan melonjak harganya saat ini salah satunya adalah energi, yang menjadi tantangan besar.
Baca juga: Menkeu : Indonesia beruntung harga komoditas ekspor andalan naik
Menkeu: 276 juta orang di dunia hadapi kesulitan pangan
Jumat, 15 Juli 2022 9:27 WIB
Pada bulan Juni 2022, terdapat pula kenaikan harga gas alam di Eropa sebesar 60 persen hanya dalam dua minggu. Kekurangan bahan bakar pun sedang berlangsung di seluruh dunia dan memiliki implikasi politik dan sosial yang besar di Sri Lanka, Ghana,