Jakarta (ANTARA) - Yayasan Puri Kauhan Ubud meluncurkan Program Pemuliaan Air di hulu Sungai Tukad Oos, Bali, Rabu (16/3), melanjutkan rangkaian Sastra Saraswati Sewana Tahun Kedua (SSS II) yang bertajuk Toya Uriping Bhuwana, Usadaning Sangaskara.
Sebagaimana keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, acara peluncuran yang diselenggarakan secara hybrid ini dimulai pukul 09.40 WITA, di Wantilan Pura Ulun Datu Batur, dan ditayangkan secara langsung melalui kanal Puri Kauhan Ubud TV.
Mengawali acara sambutan, Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana selaku Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud menuturkan bahwa acara ini merupakan awal dari sebuah langkah besar untuk menginisiasi gerakan kesadaran dalam menjaga, mengonservasi dan memuliakan air.
Baca juga: Gerakan Konservasi Air dari Puri Kauhan Ubud untuk G20 di Bali
“Dunia saat ini menghadapi sebuah ancaman yang sangat dahsyat. Ancaman pemanasan global, yang dampaknya sangat luar biasa bagi kita semua, termasuk eksistensi peradaban kita ke depan,” ujar Ari Dwipayana.
Ari mengatakan bahwa bangsa Indonesia tidak boleh pasrah dan berpangku tangan menghadapi ancaman itu. Edukasi, literasi dan advokasi kesadaran lingkungan harus terus digerakkan.
Melalui gerakan konservasi Tukad Oos, Yayasan Puri Kauhan Ubud menerapkan penataan ekosistem secara holistik-terintegrasi berdasarkan kearifan lokal dan budaya.
“Konservasi air harus terintegrasi dari hulu sampai hilir, sebagaimana muncul dalam konsep Segara-Wukir. Segara-Gunung,” kata Ari.
Lebih lanjut, Ari memaparkan bahwa susastera dan budaya Bali yang kaya nilai-nilai konservasi lingkungan, tak cukup untuk sekadar dibanggakan dan dijalani sebagai ritual keagamaan. Lebih dari itu, kekayaan budaya dan susastera tersebut harus menjadi fondasi kesadaran bersama, dan diwujudkan dalam kerja dan tindakan nyata.
Senada dengan pandangan Ari Dwipayana, Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta menjelaskan bahwa Gunung Batur dan Danau Batur merupakan kesatuan bentang alam yang terintegrasi.
Dia menyampaikan Gunung Batur dipercaya sebagai simbol Purusa, sedangkan Danau Batur merupakan aspek Pradana. Keduanya menghadirkan sumber-sumber penghidupan yang menjadi pusat kekuatan Bali.
“Oleh sebab itu, pembangunan di Bangli hendaknya mengutamakan dan memperhatikan keagungan, kesucian dan keindahan,” kata Bupati Bangli.
Baca juga: Gerakan Konservasi Air dari Puri Kauhan Ubud untuk G20 di Bali
Menutup sesi sambutan, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengapresiasi Program Pemuliaan Air di hulu Tukad Oos.
Menurutnya, air tidak hanya menjadi sumber hidup bagi manusia, tapi juga bagi hewan dan tumbuhan. Oleh karena itu, tanpa air mustahil ada kehidupan di muka bumi.
Alue Dohong juga memproyeksikan bahwa di masa depan, air bisa menjadi sumber sengketa, perebutan hingga peperangan, dan pihak yang kuat dan berkuasa di masa depan, yaitu yang banyak memiliki sumber-sumber air, khususnya air tanah. Karena itulah upaya konservasi air dan lingkungan menjadi sangat penting untuk dilakukan.
“Di pertemuan United Nations Environment Assembly yang ke-5 di Nairobi, Indonesia berhasil menggolkan lake restoration. Karena kita yang mensponsori resolusi itu, dan diadopsi secara internasional di PBB, maka kita harus menjadi contoh dalam melakukan pemulihan dan restorasi air, khususnya danau,” ujar Alue Dohong.
Menutup sambutannya, Wamen LHK Alue Dohong sekaligus membuka secara seremonial Program Pemuliaan Air di Hulu Tukad Oos.
Selanjutnya, acara peluncuran ditutup dengan penyerahan simbolik bibit pohon oleh Wamen LHK kepada para perwakilan desa. Dalam program ini, Kementerian LHK menyumbangkan 25 ribu bibit pohon untuk ditanam di 15 Desa seputar Kawasan Global Geopark Batur dan Kawasan Alas Kekeran di TWA Gunung Batur.
Program Pemuliaan Air di Hulu Tukad Oos mencakup empat agenda utama: penanaman 25 ribu bibit pohon dan tanaman upakara, dilanjutkan membuat sistem pengelolaan sampah sirkular Pura Ulun Danu Batur, kampanye pemuliaan dan pelestarian Danau Batur, serta perawatan sumber-sumber mata air di kawasan hulu.