Jakarta (Antara Bali) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Lukman Hakim mengatakan masih banyak institusi dan industri di Indonesia yang kurang menghargai riset dan lebih mengambil jalan pintas.
"Banyak institusi dan industri yang lebih memilih mengadakan lomba untuk menjaring gagasan mengenai suatu hal daripada melakukan riset," kata Lukman Hakim saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan institusi dan industri di Indonesia lebih memilih mengadakan lomba karena lebih banyak menjaring gagasan dan ide. Dari gagasan dan ide yang terkumpul itu, tinggal dipilih saja mana yang akan digunakan.
Hal itu, berbeda bila suatu permasalahan diputuskan melalui riset terlebih dahulu yang tidak jarang memerlukan waktu bertahun-tahun. Dengan mengadakan lomba, permasalahan bisa diselesaikan lebih cepat.
"Padahal dalam melakukan riset, peneliti menggunakan acuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi saat ini LIPI termasuk dalam lembaga riset elite dunia," katanya.
Menurut Lukman, Indonesia sebagai negara berkembang memang belum bisa dikatakan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap riset. Saat ini, jumlah peneliti resmi yang dimiliki Indonesia hanya 8.000 orang dari jumlah penduduk mencapai 237.641.326 orang.
Hal itu, berbeda jauh dengan Korea Selatan yang memiliki peneliti resmi hingga 270 ribu orang, dengan jumlah penduduk hanya berkisar 55 juta orang.
"Anggaran riset di Korea Selatan mencapai 4 persen dari PDB, sedangkan Indonesia hanya 0,03 persen dari PDB. Dibandingkan negara-negara lain, termasuk Malaysia dan Singapura, jumlah anggaran dan peneliti riset kita memang kalah jauh," katanya.(*/T007)