Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, I Wayan Adi Arnawa, berharap kehadiran investor peritel perabot asal Swedia di Pulau Dewata dapat menyerap tenaga kerja yang kehilangan mata pencaharian akibat pandemi COVID-19.
"Semoga kehadiran tempat ini akan menjadi stimulus, terutama merangsang pertumbuhan ekonomi. Kehadiran ini diharap mampu menampung tenaga kerja pasca COVID," kata I Wayan Adi Arnawa dalam konferensi pers daring, Kamis.
I Wayan Adi Arnawa mengatakan masyarakat Bali, khususnya di Badung, hidup dari pariwisata sehingga sangat terdampak pandemi yang mengakibatkan turunnya aktivitas pariwisata. Dengan masuknya investasi ini ke pulau Dewata, dia mengatakan ada harapan munculnya geliat pertumbuhan ekonomi di pulau Dewata yang berujung kepada kesejahteraan masyarakat di sana. Pihaknya akan mendukung upaya-upaya yang bisa berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi setempat, kata dia.
Kehadiran peritel perabot di pulau Dewata ini turut melibatkan kerjasama dengan komunitas, UMKM hingga seniman lokal. Bukan hanya produk-produk dari peritel yang dijual, tetapi juga produk-produk buatan masyarakat Bali yang dipamerkan di sana yang diharap bisa membantu perekonomian masyarakat setempat.
Baca juga: Bali perketat 94 objek wisata jelang libur Natal dan Tahun Baru
Di sisi lain, pemerintah terus menggaungkan lagi nama bali di pameran pariwisata internasional, termasuk World Travel Market (WTM) London 2021 yang jadi bagian untuk mempersiapkan Bali menjadi proyek percontohan pembukaan kembali perbatasan bagi wisatawan mancanegara.
Pemerintah telah mengizinkan wisatawan dari 19 negara untuk melakukan penerbangan internasional ke Bali. Ke 19 negara tersebut yaitu Saudi Arabia, United Arab Emirates (UAE), Selandia Baru, Kuwait, Bahrain, Qatar, China, India, Jepang, Korea Selatan, Liechtenstein, Italia, Perancis, Portugal, Spanyol, Swedia, Polandia, Hungaria, dan Norwegia.
Negara-negara tersebut dipilih sesuai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) karena angka kasus terkonfirmasi COVID-19-nya berada pada level 1 dan 2, dengan angka positivity rate yang rendah.