Denpasar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Bali berharap pemerintah pusat segera merealisasikan pinjaman lunak sebesar Rp9,4 triliun yang sebelumnya dijanjikan untuk membantu pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Pulau Dewata agar mesin pariwisata bisa tetap hidup di tengah pandemi COVID-19.
"Sampai sekarang, yang kami dengar masih dalam proses. Mudah-mudahan bisa segera terwujud," kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati di Denpasar, Selasa.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan tengah mengupayakan agar Bali mendapatkan pinjaman lunak senilai Rp9,4 triliun lewat penempatan uang negara di perbankan.
Pinjaman lunak tersebut untuk memastikan mesin pariwisata di Provinsi Bali dapat terus hidup di tengah upaya pemulihan, sehingga nantinya Bali siap menyambut wisatawan ketika pandemi COVID-19 telah teratasi.
Baca juga: Bali kebut vaksinasi COVID-19 walaupun capaian sudah 107 persen
"Sekarang sudah bulan September. Jangan sampai di detik terakhir atau penghujung tahun sehingga menjadi kesulitan bagi pelaku usaha untuk mempertanggungjawabkan," ucap Wagub yang biasa disapa Cok Ace itu.
Ia pun tidak memungkiri sejauh ini akibat pandemi COVID-19, sudah ada sejumlah hotel di Bali yang sampai tutup permanen ataupun sampai menjual hotelnya.
"Penjualan hotel sesungguhnya bukan fenomena baru, dari dulu juga sudah ada, tetapi sekarang lebih mengemuka atau lebih banyak lagi," ucap Ketua PHRI Provinsi Bali itu.
Di samping itu, menurut dia, yang bergerak di bidang hotel tidak 100 persen bergerak di bisnis hotel, banyak juga yang bergerak di bidang properti. "Ketika kondisi keuangan sudah tidak memungkinkan, jadi dilepas-lepas saja," ujar pria yang juga penglingsir (tokoh) Puri Ubud itu.
Namun, sejumlah hotel juga masih ada yang tetap menyiagakan karyawannya karena tidak mau putus komunikasi dengan pangsa pasar luar negeri.
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan anjloknya kunjungan wisatawan ke Bali, yang kata Cok Ace kini hanya berkisar 1.000-2.000 orang perhari. Itupun tidak semuanya wisatawan karena ada yang datang ke Pulau Dewata untuk bekerja.
Padahal, sebelum pandemi, rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik ke Provinsi Bali perharinya mencapai 30.000 orang. "Jadi hotel-hotel yang berada di luar kawasan Bali selatan itu sangat terpuruk keadaannya," ujarnya.
Baca juga: Bali dorong tercapainya indikator pendukung untuk percepat pembukaan mal
Di sisi lain, Wagub Bali juga mengapresiasi kebijakan Otoritas Jasa Keuangan yang memperpanjang masa relaksasi restrukturisasi kredit perbankan selama setahun dari 31 Maret 2022 menjadi 31 Maret 2023.
"Untuk mengalokasikan anggaran untuk membayar hutang Maret 2022, saya kira belum mampu. Kita bisa mulai membangkitkan usaha saja sudah syukur," katanya.