Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika meminta Pemerintah Provinsi Bali mengkaji kembali soal aturan kuota pengiriman sapi Bali dan merevisi regulasi yang mengaturnya agar bisa lebih menyejahterakan para peternak.
"Sapi Bali memiliki banyak keunggulan, tetapi kenyataannya seringkali belum menguntungkan bagi peternak Bali," kata Pastika di Denpasar, Senin.
Pastika dalam penyerapan aspirasi secara virtual bertajuk "Tantangan dan Prospek Sapi Bali" itu menambahkan, sebelumnya pembatasan kuota sapi Bali yang diantarpulaukan karena sebagai upaya untuk menjaga kelestariannya.
"Plasma nutfah sapi Bali memang harus dilestarikan, tetapi peternak juga harus sejahtera. Mungkin saja dulu regulasi yang mengatur kuota sapi Bali itu tidak melibatkan para praktisi, sehingga pendekatannya berbeda," ujar anggota Komite 2 DPD itu.
Baca juga: Undiksha siap kembangkan Sapi Bali lewat MoU "Triple Helix"
Terlebih, realitanya saat ini penyelundupan sapi Bali masih terjadi karena dihadapkan pada persoalan kuota, maupun untuk menekan ongkos produksi agar tidak perlu membayar izin pengiriman.
"Saya harapkan oknum-oknum yang melakukan jual beli izin agar diberantas juga. Di samping itu diperlukan pengawasan atas izin yang dikeluarkan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Kontrol oleh lembaga terkait sangat penting," ucapnya.
Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) yang dulu digagasnya saat menjadi Gubernur Bali hingga terbentuk lebih dari 700 unit, juga sebagai upaya untuk memperbanyak populasi sapi Bali dan menjaga kelestariannya, di samping juga untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.
Sementara itu, I Wayan Supadno, salah satu peternak yang sukses mengembangkan sapi Bali mengatakan peternak sapi di Pulau Dewata sesungguhnya bisa sejahtera jika menggunakan cara-cara beternak yang inovatif.
"Bali yang gudangnya orang-orang berduit, saya rasa belum ada memiliki sapi Bali di atas 1.000 ekor. Padahal merupakan berkah, Balimemiliki sapi Bali dengan berbagai keunggulannya. Bahkan keunggulan sapi Bali juga seringkali diungkapkan Perdana Menteri Malaysia yang bangga memamerkan puluhan ribu ekor sapi Bali yang dimiliki," ucapnya.
Baca juga: Balai Karantina Denpasar pastikan pengiriman sapi bali ikut prosedur
Menurut Supadno, peternak Bali semestinya termotivasi dengan betapa para peternak di luar Bali seperti di Subang, Jawa Barat dan Kalimantan yang begitu sukses mengembangkan sapi Bali.
Dirinya tertarik mengembangkan sapi Bali karena memang memiliki sejumlah keunggulan seperi adaptif dengan iklim tropis Indonesia, mudah berbiaknya, persentase karkasnya tinggi, serta saat Idul Adha itu sapi Bali yang paling laris.
Supadno yang juga Formulator Pupuk Organik Hayati dan Hormon Organik itu menyayangkan masih maraknya penyelundupan sapi Bali betina keluar Bali sehingga memang sebaiknya perlu dikaji kembali terkait aturan kuota pengiriman sapi tersebut.
"Terkait dengan keluhan tingginya harga pokok produksi yang kerap disampaikan para peternak di Bali, menurut dia, perlu diberikan contoh, penjelasan tips dan praktik inovasi yang telah dilakukan para peternak sukses, sehingga mereka tinggal meniru saja," ucap pria yang memiliki sapi Bali ratusan ekor itu.
Baca juga: Undiksha-CQU-Pemkab Buleleng kembangkan potensi ternak sapi
Ketua DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Bali Prof Nyoman Suparta mengakui pemeliharaan sapi di Bali masih berpencar-pencar, sehingga diperlukan pemeliharaan secara berkelompok untuk meningkatkan keuntungan.
Ia juga menyoroti kebijakan kouta sapi Bali kurang tepat, sehingga sebaiknya pengaturannya nanti bisa berdasarkan bobot sapi. Jumlah populasi sapi Bali sendiri hingga saat ini lebih dari 550 ribu ekor.
"Sapi Bali yang sudah memenuhi bobot tertentu saja yang boleh dikirim ke luar Bali. Hal ini sekaligus untuk mencegah permainan dan kerugian kepada peternak sapi Bali," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut juga menghadirkan Kabid Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali Anak Agung Istri Inten Wiradewi dan Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Bali Anak Agung Ngurah Oka Sutha Diana itu.