Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pendapatan negara tahun ini mencapai Rp1.760,7 triliun atau 101 persen dari target APBN 2021 sebesar Rp1.743,6 triliun.
"Penerimaan negara akan capai Rp1.760,7 triliun, sedikit di atas target APBN. Tentu proyeksi ini sangat tergantung kondisi ekonomi dan COVID-19," katanya dalam raker bersama Banggar DPR RI di Jakarta, Senin.
Sri Mulyani menjelaskan proyeksi itu dilakukan mengingat penerimaan pajak diperkirakan mencapai 95,7 persen dari target Rp1.229,6 triliun atau tumbuh 9,7 persen.
Penerimaan pajak semester II 2021 diperkirakan masih melanjutkan pertumbuhan positif, namun laju pertumbuhannya bergantung kepada prospek aktivitas ekonomi pasca PPKM darurat.
Untuk penerimaan pajak semester I 2021 mencapai Rp557,8 triliun atau tumbuh positif 4,9 persen didorong oleh pemulihan aktivitas ekonomi dan peningkatan harga komoditas yang mendorong aktivitas produksi dan konsumsi serta aktivitas perdagangan internasional.
Secara keseluruhan penerimaan pajak diperkirakan di bawah target karena adanya peningkatan kasus COVID-19 yang menahan laju pemulihan dan kebutuhan pemberian insentif kepada dunia usaha.
Baca juga: Menkeu proyeksikan belanja pemerintah pusat terealisasi 98,2 persen
Di sisi lain, menurut Menkeu, untuk penerimaan kepabeanan dan cukai diperkirakan mencapai 104,3 persen dari target Rp215 triliun atau tumbuh 5,2 persen.
Penerimaan kepabeanan dan cukai semester I mencapai Rp122,2 triliun atau tumbuh 31,1 persen utamanya dari limpahan pelunasan pita cukai 2020 dan kebijakan penyesuaian tarif CHT 2021.
Kemudian, juga didukung oleh pertumbuhan positif pada bea masuk sejalan dengan tren membaiknya kinerja impor maupun bea keluar karena adanya dorongan harga dan volume utamanya minyak sawit mentah (CPO) dan tembaga.
Penerimaan cukai tembakau diperkirakan semester II melambat atau kembali pada pola normal setelah limpahan pelunasan cukai pada 2020 berakhir di semester I dan menurunnya volume produksi rokok.
Pajak perdagangan internasional keseluruhan tahun diperkirakan akan tumbuh positif mengikuti prospek membaiknya aktivitas perdagangan global serta harga komoditas CPO yang mulai melandai.
Sementara, untuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) diperkirakan mencapai 119,9 persen dari target Rp298,2 triliun atau tumbuh empat persen.
Realisasi PNBP semester I mencapai 69,4 persen dari target karena realisasi SDA migas mencapai 53,2 persen dan SDA nonmigas tumbuh 54,8 persen sejalan dengan peningkatan harga mineral dan batu bara (minerba).
Baca juga: Sri Mulyani: Defisit APBN semester I-2021 sebesar Rp283,2 triliun
Sri Mulyani mengatakan PNBP SDA semester II akan dipengaruhi pergerakan harga minyak yang relatif stabil dan minerba yang diperkirakan melandai.
Untuk PNBP non-SDA relatif lebih rendah karena sebagian besar PNBP KND (dividen BUMN) terealisasi di semester I sedangkan PNBP BLU khususnya sawit mengikuti harga CPO yang diproyeksikan tidak setinggi semester I.
Sementara itu, pendapatan negara hingga semester I 2021 tumbuh mencapai 9,1 persen (yoy) menjadi Rp886,9 triliun atau 50,9 persen dari target di APBN 2021 sebesar Rp1.743,6 triliun.