Negara (ANTARA) -
Tanpa banyak diketahui, nelayan tradisional di Kelurahan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali, memiliki peran besar dalam penyelamatan korban tenggelamnnya KMP Yunicee di Selat Bali.
"Waktu itu, saya sedang di rumah. Mendadak, mendengar ramai teriakan orang minta tolong. Saat keluar, saya masih sesaat bisa melihat KMP Yunicee terbalik dan tenggelam," kata Misdianto, salah seorang nelayan, mengawali cerita bagaimana ia bersama kawan-kawannya berusaha menyelamatkan penumpang KMP Yunice, Jumat (2/7) sore.
Ya, KMP Yunicee tenggelam di Selat Bali dalam perjalanan dari Pelabuhan Ketapang, Provinsi Jawa Timur menuju Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana. Data terakhir kapal itu, ada 76 penumpang dan kru kapal di dalamnya, yakni 51 orang selamat, 7 orang meninggal dunia dan 18 orang masih dalam pencarian.
Mendengar ramainya teriakan minta tolong dari tengah laut tersebut, tanpa berpikir panjang, laki-laki yang akrab disapa Petruk ini mendorong sampannya ke laut untuk segera mencari korban.
Bersama dua tetangganya, Waji dan Putu, ia langsung menuju ke lokasi tenggelamnya KMP Yunicee di tengah arus dan gelombang yang lumayan besar.
"Sampai di lokasi kami tidak melihat apapun karena situasi gelap. Kami terus menelusuri dan berusaha mendengarkan teriakan minta pertolongan. Situasi benar-benar mencekam dan kami juga merasakan kepanikan," tuturnya.
Setelah menyisir sekitar 1 kilometer dari lokasi, ia menemukan tiga orang mengenakan jaket pelampung yang ia segera tarik ke atas sampannya.
Tiga orang itu, salah satunya adalah Aurel, seorang bocah asal Kelurahan Loloan Barat, Kecamatan Negara, yang ayah, kakak, adik dan kakeknya hingga kini belum ditemukan.
Petruk mengatakan, saat ditemukan Aurel dan dua orang dewasa terikat menjadi satu dengan senar, yang kemungkinan sengaja dilakukan agar tidak saling terpisah.
"Posisi Aurel saat itu didekap di tengah-tengah dua orang dewasa tersebut. Satu orang dalam kondisi sehat, sedangkan satu lagi sudah dalam keadaan lemas," katanya.
Meski sudah berhasil menyelamatkan tiga orang penumpang, Petruk, Waji dan Putu melanjutkan pencarian dan menemukan satu orang lagi, yang mengaku seorang penjual kacamata di dalam kapal.
Sekitar satu jam melakukan pencarian, Petruk memutuskan ke pinggir karena Aurel mengatakan dirinya kedinginan.
Sambil terisak, laki-laki yang tinggal di Lingkungan Samiana, Kelurahan Gilimanuk ini masih mengingat apa yang dikatakan Aurel saat diselamatkan.
"Ia minta saya mencari ayah, kakak, adik, kakek dan neneknya. Kata-kata itu yang tidak bisa hilang dari pikiran saya sampai sekarang," ucapnya, terisak.
Upaya penyelamatan yang dilakukan "pahlawan" nelayan ini juga mendapatkan dukungan dari warga sekitar, dengan mengikuti arah sampan Petruk dari darat untuk sewaktu-waktu memberikan bantuan.
Puluhan sepeda motor menyusuri pantai seiring arah sampan Petruk, dan sejumlah nelayan lainnya yang melakukan pencarian korban dengan sampan.
Oleh Petruk, Aurel dan dua penumpang KMP Yunicee yang selamat diturunkan di kawasan Monumen Lintas Laut Gilimanuk, yang segera disambut warga yang menggunakan sepeda motor dan segera dibawa ke Puskesmas Gilimanuk.
"Menggunakan sepeda motor bisa lebih cepat memberikan pertolongan, karena medan ke pantai sulit dilalui mobil," katanya.
Setelah menurunkan tiga penumpang tersebut, Petruk kembali ke laut melanjutkan pencarian dan menemukan dua penumpang yang sudah meninggal dunia.
Olehnya, dua orang penumpang itu diturunkan di Lingkungan Samiana, yang juga segera disambut warga lainnya.
Baca juga: KRI Nanggala, KMP Yunicee, berikutnya siapa lagi ?!
Gerak cepat nelayan tradisional dalam memberikan pertolongan kepada penumpang KMP Yunicee ini, juga dilakukan Sugianto dan Kasihanto.
Setelah mengisi bahan bakar sampannya, Sugianto meluncur di tengah kegelapan laut dan menemukan satu orang penumpang sudah meninggal dunia, sedangkan Kasihanto menemukan tiga orang yang juga dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Tiga nelayan ini sama-sama mengatakan, saat kejadian tenggelamnya KMP Yunicee Selasa (29/6) malam itu, arus Selat Bali cukup kuat.
"Saya itu antara mendorong sampan dan menghidupkan mesin hanya beberapa menit, tapi saat menuju ke lokasi teriakan minta tolong saya sudah tidak menemukan siapa-siapa. Aurel dan dua orang penumpang yang selamat, saya temukan sekitar satu kilometer dari lokasi. Cepat sekali penumpang terseret arus," kata Petruk.
Selain penumpang, para nelayan di Kelurahan Gilimanuk juga menemukan sejumlah barang seperti pelampung yang diserahkan kepada aparat terkait.
Baca juga: TNI AL : Posisi tenggelamnya KMP Yunicee tak halangi jalur penyeberangan
Karena masih belasan penumpang KMP Yunicee belum ditemukan, para nelayan ini menyatakan, mereka tetap akan melakukan pemantauan di laut sambil menjalankan aktivitas sehari-hari sebagai nelayan.
"Kami ini setiap hari melaut, jadi sekalian memantau jika ada korban atau barang yang berkaitan dengan tenggelamnya kapal itu," kata Sugianto.
Sampai Jumat (2/7) sore, Petruk dan kawan-kawan masih menemukan pelampung KMP Yunicee yang mereka lihat saat mereka di darat maupun melaut.
"Di darat kami terus melihat ke arah laut, kalau ada pelampung langsung kami meluncur mengambilnya. Siapa tahu ada korban lainnya. Tapi hari-hari setelah kejadian, hanya pelampung kosong yang kami temukan," kata Sugianto.